Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Selasa, 11 September 2012

12 Tentang Hujan

Sudah lupa kapan terakhir hujan membasuh kota ini. Yang jelas kejadian itu sudah lama sekali. Hawa kering yang membuat kulit-kulit bersisik, menjadi sebuah keseharian. Bibir pecah-pecah dan tak jarang pula berdarah, menjadi masalah yang kian pelik bertambah. Di beberapa media televisi bahkan marak diberitakan terjadi kekeringan di beberapa wilayah di tanah air. Bahkan diantaranya, terpaksa memotong saluran pipa PDAM yang melintasi perumahan warga dikarenakan keringnya sumur-sumur mereka. Di beberapa wilayah yang lainpun, diberitakan juga dengan kemungkinan gagal panennya sawah-sawah warga karena kesulitan akses air untuk mengairi tanaman.

Berbicara mengenai hujan dan kemarau, saya jadi ingat dengan sebuah kisah menarik yang ada di dalam novel Serial Anak-anak Mamak : Burlian. Kita tahu, Burlian dan keluarga tinggal di sebuah kampung yang masih terpelosok namun sangat asri. Lokasinya yang berada di dekat hutan memungkinan untuk mendapatkan akses sumber mata air yang lumayan banyak. Sungai di pinggiran desa tidak pernah mengering barang sedetikpun. Memberikan air kehidupan ke desa sepanjang tahun. Seperti halnya dengan semua wilayah di kawasan tropis, musim kemarau tetap menjadi masalah bagi warga desa dimanapun. Begitu pula dengan desa tempat Burlian tinggal. Jika musim kemarau tiba, sumur-sumur di rumah-rumah warga mulai mengering. Mau tidak mau, aktifitas mandi dan mencuci dilakukan di sungai di pinggiran desa. Mandi bersama dengan lembu dan kerbau milik para warga yang setiap harinya dimandikan disitu. Membayangkannya, selintas langsung teringat dengan potongan memori masa kecil yang tak terlupakan. Mandi bersama sapi dan kerbau tetangga.

Hujan selalu membawa cerita kisah tersendiri yang menarik untuk dikupas. Kita tak bisa mengkalkulasi betapa banyak puisi dan syair yang bertemakan tentang hujan. Betapa banyak kisah cinta antar dua insan yang dideskripsikan dengan gemericik hujan sebagai backsound kisah sedih mereka. Dan yang paling lebay menurut saya adalah betapa banyak kisah sinetron di televisi yang mengetengahkan kisah pertengkaran antar dua kekasih dibawah derasnya guyur hujan. Seumur-umur saya hidup dan melihat di kenyataan, tak pernah (dalam ingatan saya) ada kejadian dua insan kekasih yang bertengkar di bawah guyuran hujan dan kilat membadai.

tentang hujan


Dan kemarin adalah hujan deras pertama semenjak musim kemarau tahun ini. Pernah hujan sekali beberapa hari yang lalu, tetapi hanya berlangsung lima menit dan masih terkesan malu-malu. Dari balik tirai jendela, saya memandangi bulir-bulir air hujan yang jatuh ke bumi. Ditambah dengan terpaan angin, terlihat posisi jatuh tiap bulirnya agak miring beberapa derajat. Suasana dingin langsung menyergap. Ah, saya suka suasana seperti ini. Rasanya nyaman dan tenang memandangi tiap bulir hujan yang jatuh membentuk sungai-sungai kecil mencari titik rendahnya. Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban.

Sebenarnya kalau melihat hujan seperti ini, saya ingin menulis sebuah puisi. Seperti yang pernah saya tulis di puisi hati #1. Mungkin pada kesempatan yang lain saja, tentu dengan suasana yang juga mendukung.

Related Post



12 komentar:

  1. Balasan
    1. hujan memang selalu pantas untuk dirindukan.

      Hapus
  2. Alhamdulillah hujan, semoga selalu membawa keberkahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga hari ini kembali hujan. tadi pagi berbincang dengan tetangga bahwa sumur-sumur sudah mulai mengering. Alhamdulillah sumur di rumah masih aman-aman saja. Sepertinya karena penggunanya cuma 1 orang, jadi lebih hemat.

      Hapus
  3. di bekasi baru kemaren huja.. itupun baru rintik2..

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga segera deras mbak. Di bandung sudah deras nih kemarin.

      Hapus
  4. kapan Jogja hujan ya? di sini juga sudah lama tidak turun hujan

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga nanti menyusul denting hujan di jogja.

      Hapus
  5. Saya ngakak pas baca bagian 'adegan sinetron lebay'. Hahaha...

    Yahh, hujan selalu memiliki cerita tersendiri untuk setiap penggemarnya. Saya juga menyukai hujan, tapi yang rintik-rintik saja. Hingga harum petrichor (tanah basah) menguasai ruang penciuman... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ha ha.. emang lebay banget kan mbak mae. Seumur-umur aku ndak pernah ketemu kejadian seperti itu.

      Kalau aku malah suka hujan yang deres mbak. Tapi jangan sampai badai, cukup deras saja. Sambil ditemani makan pisang goreng dan kopi panas.

      Hapus
  6. Wah hujan . . . ingin merasai hujan juga di Magetan

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga segera hujan ya dek. Biar sedikit bisa mendinginkan sapi dan kambing di kandang belakang rumah.

      Hapus

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates