Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Sabtu, 21 April 2012

14 Moga Bunda Di Sayang Allah

Tidak semua buku yang saya baca, selalu saya kupas di dalam blog coffee. Hanya diantara mereka yang saya anggap cukup menarik saja, tidak semuanya. Buku yang sekarang ini berada di genggaman saya, terinspirasi oleh sebuah kisah nyata yang sangat mengharukan tentang janji masa depan seorang anak dalam keterbatasannya. Keterbatasan yang hampir merenggut segalanya, merenggut kebahagiaan, merenggut janji masa depan yang lebih baik. Engkau tahulah kawan, setiap kanak-kanak pastilah memiliki harapan dan janji masa depan yang gemilang. Apakah pernah sekali kita membayangkan jika janji-janji itu tidak akan pernah bisa terakses karena terhalang oleh tembok penghalang yang bernama keterbatasan?

Adalah Melati, gadis kecil berumur empat tahun yang tidak bisa melihat (buta), tidak bisa mendengar (tuli), dan secara otomatis tidak bisa berbicara juga (bisu), karena dia tak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang kata-kata (jelas sekali dia tak punya akses mendengar). Kali ini, Tere Liye kembali berhasil membombardir perasaan pembaca dengan kisah Melati yang menyedihkan sekaligus mengharukan. Melati, gadis nan cantik dengan biji mata buah leci yang sejak kecil tak punya akses pengetahuan apapun, laksana berada dalam sebuah dunia gelap yang hanya dia sendiri penghuninya. Sungguh gelap, kosong, sunyi dan sendiri. Tak ada seorangpun yang bisa diajak bermain apalagi berbagi.



Maka tak heran dalam kehidupan nyatanya, Melati jelas tak punya akses pengetahuan bagaimana cara makan yang baik. Apa itu piring, sendok, bahkan bunda, ayah?. Sungguh, Melati tidak tahu akan hal itu semua. Maka yang kita lihat dalam keseharian melati adalah segala kekeributan yang ditimbulkannya sekaligus pada saat yang sama terpampang jelas kisah menyedihkan yang menyesakkan dada. Keributan sehari-hari karena piring nasi yang ada di hadapannya seringkali dilempar begitu saja, pyarrr pecah kemana-mana. Dia tidak tahu kalau piring itu tidak untuk dilempar. Kemudian bagaimana Melati seringkali makan tanpa menggunakan sendok dengan langsung memasukkan mulutnya ke dalam sup jagung. Jelas sekali dia tak punya pengetahuan bagaimana cara makan yang baik. Seluruh syaraf responsifnya tak berfungsi. Dia tak punya sedikitpun akses ke dunia luar.

Hingga akhirnya Karang (tokoh utama dalam novel ini) membantu Melati untuk mampu keluar dari zona kegelapan dirinya. Membantu Melati menghancurkan tembok penghalang akses pengetahuan ke dunia luar. Jelas Karang tak akan mampu membuat Melati sembuh dari matanya yang buta, begitu juga dengan telinganya yang tuli. Tapi Karang akan berhasil membuat Melati mengenal dunia luar meskipun tanpa mata dan tanpa telinga. Tapi bagaimana caranya? Nah... kalau saya beri tahu caranya disini akan menjadi tidak seru dong...! Baca sendiri di novelnya yah! :)

Dalam novel ini, kita dipaksa belajar mencintai anak-anak bagaimanapun kondisinya. Belajar mengerti bagaimana dunia anak-anak. Dunia yang penuh dengan buncah harapan. Karena satu hal yang terpenting dalam dunia kanak-kanak adalah janji masa depan yang lebih baik. Hal itulah yang musti dijaga tetap ada mau bagaimanapun kondisinya. Dalam novel ini, Karang berhasil membantu Melati mendapatkan janji itu. Yah, dengan caranya :).

Related Post



14 komentar:

  1. Dulu waktu baca novel ini, setiap malam setiap baca pasti nangis ^^ . . . keren sekali

    Hikmah terbesarnya adalah kesadaran untuk banyak-banyak bersyukur. Dan kuasa Allah swt yang luar biasa . . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. hik hik adek klo baca kisah sedih pasti slalu nangis. Saya agak sulit nangis pas baca novel. biasa aja..:-)

      Hapus
  2. hehe...saya belum selesai baca ini, baru beberapa halaman saja trus saya tinggalkan
    mungkin lain kali akan saya tengok lagi
    penasaran dengan cara Karang :D

    BalasHapus
  3. tereliye novelnya the best..

    BalasHapus
    Balasan
    1. novel novel tere liye emang maknyuss...

      Hapus
  4. banyak hikmah yang bisa kita ambil dari novel tere liye. dan semoga menjadikan kita lebih bersyukur atas karunia Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener banget put... dari novel kita banyak belajar hikmah tanpa harus menggurui..

      Hapus
  5. Novel yang ini memang keren banget, novel tereliye yang pertama kali saya baca..setelah ini baru yang lain..semacam alur mundur, klo gak salah novel ini relatif lebih belakangan rilis di bandung hafalan sholat delisa, bidadari surga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya novel yang ini relatif sendu... mirip hafalan sholat delisa.. klo aku cewek, mungkin dah nangis berkali-kali he he...
      (tp tetep aja sampe skr belum ada satu novelpun yang bikin aku menangis)

      Hapus
  6. saya udah baca novel ini, yaa...walaupun numpang baca di Gramed, he...
    the story is amazing, dan tentu saja terinspirasi dari novel "the story of my life" nya Hellen Keller.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah bisa ya mbak numpang baca sampe halaman terakhir gitu? he he..
      yup bener banget, novel ini terinspirasi oleh ceritanya Hellen Keller.

      Hapus
  7. Sudah lama aku ndak mampir ke rumah ini, sudah lama pula aku ndak merawat rumah sendiri, kemana saja aku selama ini ya...hiks2

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayoo nur... nulis lagi.
      ditunggu loh kisah-kisah menarik dari negeri sakura.. :)

      Hapus

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates