Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Desember 2012

6 Mencoba Fokus

Gara-gara cukup sibuk mengurusi pengembangan blog bisnis saya Toko Buku Hanan, blog pribadi saya (inspirasi coffee) malah kelabakan tak terurus. Rencana ingin membagi porsi waktunya, namun kenyataannya saya kurang bisa disiplin untuk mengaplikasikannya. Ada tantangan tersendiri bagi saya untuk bisa meramaikan blog saya yang baru seumur jagung itu. Tentu berbeda dengan blog inspirasi coffee yang sudah malang melintang di dunia blogging sejak tahun 2008. Sedikit banyak blog inspirasi coffee masih terjaga rangking alexanya karena memiliki beberapa artikel andalan sehingga masih mampu menjaga trafik pengunjung.

mencoba fokus


Ceritanya, kemarin siang saya sempat berbincang hangat dengan beberapa sahabat yang tengah duduk-duduk santai di dalam masjid menunggu hujan lebat yang tak kunjung usai. Ada banyak tema yang dibahas, tapi ada satu tema yang cukup menarik untuk disimak. Saya merasa tema tersebut cukup menarik sehingga ingin kembali saya ceritakan di dalam blog ini. Tema tersebut adalah tentang bagaimana mencoba fokus, khususnya pada era informasi digital seperti sekarang ini.

Jika kita melihat fenomena sekarang ini, informasi begitu mudah untuk di dapat. Mulai dari sosial media, portal berita digital, sampai televisi. Semuanya menyajikan informasi beragam dari tema A sampai tema Z. Semua informasi itu datang silih berganti menjejali otak kita. Akibatnya, kita sering tidak fokus. Akhirnya produktifitas kita bekerja/belajar pun menjadi berkurang.

Kalau kita menilik terhadap kebiasaan ulama pada jaman dahulu, mereka terbiasa menulis buku dan kitab. Merekapun terbiasa menyalin kitab dari satu buku ke buku yang lain (karena tak ada mesin fotocopy saat itu). Dalam sebuah acara bedah buku, ust Ridwan Hamidi menjelaskan bahwa : "Kemampuan atau kemauan untuk membaca atau mengkhatamkan kitab masih sangat kurang. Tradisi ulama salaf dahulu memiliki tradisi menghafal kitab. Tradisi ini sudah jarang di zaman sekarang.”

Sebenarnya mereka mampu melakukan itu semua karena mereka bisa fokus terhadap apa yang mereka lakukan. Tidak ada godaan hiburan televisi saat itu. Tidak terjebak dengan flooding information seperti sekarang ini. Sehingga mereka pun kebanyakan gemilang di usia belia. Mereka fokus dengan apa yang dicita-citakannya. Karena salah satu ciri khas Islam adalah menghidari hal yang sia-sia.

Kamis, 25 Oktober 2012

14 Aku Tak Berani Menikah!

Gadis itu terlihat tengah asik membaca sebuah tabloid. Tiba-tiba keningnya mengkerut. "Papa.. ternyata biaya pernikahan itu mahal ya!", tanya gadis itu kepada ayahnya yang tengah sibuk memasak. Ayahnya hanya mengangguk sambil tersenyum meneruskan aktifitasnya. "Dengan penghasilanku seperti sekarang ini, kapan aku baru bisa menikah?!", gumam gadis itu menampakkan raut muka kesedihan. Yah, ini adalah potongan dialog dalam sebuah film dorama Hanayome to Papa. Ada sebuah rasa kegalauan dari gadis itu yang menarik untuk ditelaah.

Memang mereka bukan muslim seperti kita. Budaya merekapun (orang Jepang) tentu berbeda dengan budaya kita. Namun kegalauan yang dialami oleh gadis tadi, ternyata sering juga menghiasi pikiran-pikiran liar kita. Pikiran yang akhirnya membuat batasannya sendiri antara kondisi kita menuju gerbang pernikahan.

4 Tahun yang lalu, ada seorang kawan yang iseng menanyakan keberanian (kalau tak mau dibilang ke-nekad-an) saya memutuskan untuk menikah. Sebuah pertanyaan yang sampai saat ini masih tersimpan baik di memori. "Kamu sudah punya rumah fin?". Saat itu memang saya belum memiliki rumah sendiri. Malah saya masih tinggal nge-kost. Tapi saat itu, ada satu hal yang tidak dimiliki oleh orang yang sudah memiliki rumah sekalipun. Yah, saya memiliki keberanian. Keberanian untuk menikah untuk menjaga kehormatan saya dan membuat saya lebih tentram.

aku berani menikah


Kondisi perekonomian saya saat itu bisa dibilang belum mapan. Tapi saya yakin, yang memberi rejeki untuk saya bukanlah bos saya di kantor. Bukan pula perusahaan tempat saya bekerja. Yang memberikan rejeki kepada saya adalah penggenggam jiwa ini, Allah Rabbul Izzati.

Kini banyak orang tua yang mensyaratkan hal-hal yang berbau kemapanan harta kepada calon menantu. Sebuah syarat yang tidak dicontohkan oleh baginda Nabi. Beliau hanya mensyaratkan 'mampu', dan istilah 'mampu' ini belum tentu masalah harta. Kalau tidak mampu, maka berpuasalah. Ketika itu saya sudah bekerja, laki-laki sangat normal, maka itu sudah cukup membuat saya yakin dan berani untuk memikul sebuah pernjanjian yang berat (Mitsaqan Ghaliza). Kenapa harus direpotkan dengan masalah rumah, harta, mobil, dan biaya pernikahan yang mahal?

Jadi ingat dengan analogi seorang kawan di blognya yang mengatakan bahwa hubungan laki-laki dan perempuan itu halal hanya masalah beberapa menit saja kok. Si wali perempuan mengatakan, saya nikahkan putri saya .. dan pihak laki-laki mengatakan, saya terima nikahnya .... Ada saksi, mahar, dan mengundang beberapa tetangga. Jadi mudah dan tak harus mahal. Kitalah yang seringkali mempersulitnya dan membuatnya mahal.

Beberapa waktu yang lalu berbincang ringan dengan istri, kalaupun nanti Hanan (putri saya) menginjak remaja dan sudah siap menikah, dan ada laki-laki yang baik (dalam hal agama) dan kami ridho dengan itu. Maka kenapa tidak kami nikahkan saja ^_^. Selalu terkenang dan terpatri dalam hati ini, jika seorang perempuan remaja berbuat dosa dengan lawan jenisnya, maka dosanya akan dipikul oleh ayahnya karena tak segera menikahkannya T_T.

Sungguh berat menjadi seorang ayah, karena saya harus menanggung dosa saya sendiri, dosa istri saya, dan dosa anak perempuan saya yang belum menikah. Jadi wahai pemuda yang sudah 'mampu', jangan lagi bilang 'aku tak berani menikah!'. ^_^.

powered by :
Toko Buku Hanan

Rabu, 24 Oktober 2012

9 Tekad dan Kemauan

"Hal yang membedakan antara orang yang hanya memiliki pikiran/ide saja, dengan orang yang secara jujur ingin merealisasikan dan mewujudkan pikiran/ide itu menjadi sebuah kenyataan adalah kemauan/azzam/iradah".
-Anis Matta-


Mungkin kita seringkali tergerak oleh pendapat orang lain karena inspirasi yang bisa kita raih darinya. Dengan kata lain, orang itu mampu mempengaruhi kita dalam hal tertentu atau bahkan bisa dalam banyak hal. Dan siapakah orang-orang yang masuk dalam kategori ini. Kategori sebagai orang-orang penebar inspirasi. Biasanya kebanyakan dari mereka karena memiliki kemauan dan tekad yang kuat. Kemauan yang kuat inilah yang seringkali mendorong, mempengaruhi dan menginspirasi kita. Kita tak akan mudah terpengaruh oleh orang yang hanya pandai secara akal saja, atau kuat secara fisik saja. Tapi biasanya, kita akan mudah terpengaruh oleh orang yang memiliki tekad membaja dan berkemauan keras.

tekad dan kemauan


Kenapa anime di Jepang seperti Naruto dan One Piece mampu memendarkan cahaya inspirasi kepada penggemarnya di seluruh dunia. Kalau kita jeli mengamatinya, maka kita akan menemukan satu jawaban yakni karena tekad yang kuat ditonjolkan oleh tokoh utamanya. Naruto sejak kecil selalu bertekad dan bercita-cita untuk menjadi seorang pemimpin desa ninja (hokage), begitu juga dengan Luffy yang sejak kecil bertekad dan berkemauan keras menjadi seorang raja bakal laut (kaizoku). Tekad dan kemauan inilah yang selalu ditonjolkan dalam cerita anime ini, yang pada akhirnya mampu menyedot perhatian penggemarnya di seluruh dunia.

Baiklah kita tinggalkan dulu cerita tentang Naruto dan One Piece. Ibnul Qayyim pernah mengatakan bahwa nilai manusia itu terletak pada tekadnya dan apa yang dikehendakinya. Salah seorang bijak mengatakan : "Sebutkanlah kepadaku perihal ambisi/tekad seorang lelaki, maka niscaya akan kusebutkan kepada anda, siapa dia adanya". Dari tekad inilah kita bisa melihat bagaimana orang itu sebenarnya. Juga cara yang ia tempuh untuk meraih apa yang diinginkannya. Proses meraih tujuannya inilah yang membedakan antara orang yang hanya membual, dengan orang yang jujur ingin merealisasikannya.

Tekad dan kemauan ibarat mesin pendorong dalam sebuah kapal yang ingin mengaruhi samudra yang luas. Seberapa kuat mesin pendorong dinyalakan, maka kita bisa mengestimasi berapa lama lagi kita bisa melihat ujung daratan. Seberapa kuat tekad dan kemauannya, maka bisa dipastikan pula seberapa cepat orang itu menggapai apa yang dicita-citakannya. Kemauan adalah kunci dari seberapa cepat dia merealisasikan ide-ide yang bergelayut di pikirannya. Dan seberapa cepat dia bisa menginspirasi orang lain karena kemauan kerasnya. Tentu semuanya ini atas ijin Allah Rabbul Izzati.

powered by :
Toko Buku Hanan

Rabu, 20 Juni 2012

20 Kisah Sepasang Bidadari

Mungkin tak banyak yang sadar bahwa kebanyakan rejeki kita itu ada pada sepasang bidadari. Wah.. apakah itu sepasang bidadari? Yuuk.. mari kita bahas dengan sedikit tambahan pengalaman pribadi saya berikut ini.

#Bidadari pertama
Ati-ati yo le.. mengko nek wes teko Bandung, ndang sms, ojo lali karo gusti Allah”, kira-kira begitulah wejangan ibu dan bapak saya tiap kali saya harus balik ke Bandung untuk kembali melaksanakan rutinitas harian. Sebuah wejangan yang singkat, namun dalamnya berisi doa yang sangat mustajab. Kita pasti tahu bahwa salah satu doa yang tidak ada tabir diantaranya adalah ketika orang tua berdoa untuk anaknya. Bahkan kita juga tentu tahu bahwa ridho Allah adalah ridho orang tua. Atau juga kalimat : bahwa syurga itu berada di bawah telapak kaki ibu.

Sepasang Bidadari

Saya adalah tipe orang yang susah sekali menangis. Namun jika saya tengah mengenang kasih sayang dan banyaknya kesalahan yang saya perbuat kepada ibu saya di masa lalu, maka entah kenapa deru air mata ini serasa tak tertahan. Saya ingat dulu waktu SMU, saya pernah membuat ibu saya menangis karena ulah saya. Dan saya tidak pernah bisa melupakannya. Tentu sudah jauh hari saya sudah meminta maaf akan kejadian itu, namun serasa sekali maaf belumlah cukup. Ingin sekali saya memeluknya erat dan meletakkan kepala saya di pangkuannya ketika bertemu. Namun tidak semua waktu bisa saya gunakan :). Hanya memang jika ada kesempatan tertentu untuk sesekali bermanja dipangkuannya. Kadang karena saking seringnya bertemu, untuk mengungkapkan isi hati betapa saya sangat menyayanginya, entah kenapa seringkali bibir ini menjadi kelu. Serasa tabu begitu. Makanya saya mencari ribuan cara untuk bisa mengungkapkan rasa sayang saya kepada kedua orang tua meski tidak selalu terucap lewat lisan.

Di dalam buku ‘7 Keajaiban Rejeki’ karya Ippho Santosa diungkapkan bagaimana perbandingan kasih sayang dan kebaikan orang tua dengan balasan perbuatan kita.
-Saat usia kita 1 tahun, orang tua memandikan dan merawat kita. Namun sebagai balasannya, kita malah menangis di tengah malam.
-Saat usia kita 2 tahun, orang tua mengajari kita berjalan. Namun sebagai balasannya, kita malah kabur ketika orang tua kita memanggil kita.
-Saat usia kita 5 tahun, orang tua membelikan kita baju yang bagus-bagus. Namun sebagai balasannya, kita malah mengotorinya dengan bermain-main di lumpur.
-Saat usia kita 17 tahun, orang tua sedang menunggu telefon penting, sementara kita malah asyik menelepon teman-teman kita yang sama sekali tidak penting.
-Saat usia kita 29 tahun, orang tua kita membantu membiayai pernikahan kita. Sebagai balasannya, kita malah kabur pindah ke luar kota, meninggalkan mereka dan menghubunginya hanya dua kali dalam setahun.

Dan masih banyak lagi kelakukan kita yang sungguh tidak sebanding dengan kebaikan orang tua. Maka Allah pun menjamin seorang anak yang dengan ikhlas merawat kedua orang tuanya ketika sudah tua yakni dengan balasan syurga. Teman-teman tahu siapakah kedua orang tua kita itu. Yupp.. inilah bidadari yang pertama.

#Bidadari Kedua
Saya akan kembali bercerita mengenai pengalaman pribadi saya. Ketika saya belum menikah, rejeki saya seakan-akan tersendat dan kurang lancar. Kalaupun ada uang, entah kenapa mudah sekali hilang atau terkonsumsikan dengan keperluan-keperluan yang tidak penting. Namun ketika saya memberanikah menikah dalam usia 24 tahun, sungguh ajaib, saya merasa ada saja rejeki yang datang. Maka janji Allah mana yang kita dustakan? Bahwa Allah akan mencukupkan rejeki bagi hambanya yang menikah. Maaf bagi yang belum menikah yah.., terkesan tulisan ini agak provokatif ^_^.

Suatu kali pernah ada seorang teman yang bertanya kepada saya ketika saya nekat ingin menikah. Padahal ketika itu, pekerjaan saya belumlah safe (aman). Masa depan perusahaan tempat saya bekerja juga sangat tidak terjamin. Saya hanya mengatakan dengan yakin kepadanya, bahwa Allah telah menjamin rejeki bagi hambanya yang menikah. Dan saya yakin dengan hal itu. Dijelaskan begitu, teman saya malah bertanya : 'Kan kamu belum punya rumah fin??'. Ya saya jawab saja : 'Makanya supaya punya rumah, saya kudu menikah :) '. Buktinya sekarang saya punya rumah, tapi rumah kontrakan ha ha..

Pernah juga di lain waktu, saya ditanyai oleh seorang kawan yang ingin menikah, namun dia terlihat ragu-ragu karena status istrinya yang tidak bekerja. Dia sendiri seorang pegawai swasta yang masih kontrak. Saya pun akhirnya mengatakan bahwa rejeki Allah itu sangat melimpah untuk hambanya yang menikah. Tidak pernah saya temui ada orang yang bujang kaya, eh setelah menikah jadi miskin. Sungguh saya jarang sekali bertemu dengan orang seperti ini. Yang banyak saya temui malahan orang yang sebelumnya miskin, tapi setelah menikah menjadi kaya :). Nah orang-orang yang kayak gini banyak banget saya temui. Bahkan banyak diantaranya saya malah memegang status mapan. Iyah.. mapan karena kondisi perut yang semakin kedepan ^_^.

Betulll... suami atau istri kita itu memang adalah bidadari yang kedua ^_^.

Jadi kawan-kawan.. sepasang bidadari adalah jalan kita untuk mendapatkan rejeki yang lebih berkah dari Allah azza wa jalla. Kalau rejeki kita selama ini sulit, berarti setidaknya ada 2 langkah yang musti kita lakukan :
1. Datang kepada orang tua dan kemudian minta maaf, mohon didoakan semoga rejeki lancar.
2. Beranilah menikah. Karena dengan menikah, istilahnya rejeki 2 orang digabung menjadi satu. Bahkan nanti jika dikaruniai anak, maka bakal tambah lagi dengan rejeki anak. Semakin banyak anak, maka semakin banyak rejeki ^_^. Pernah suatu ketika ustadz Budi Darmawan (suami almarhumah Yoyoh Yusroh), mengatakan bahwa : mungkin selama ini saya hanya numpang hidup pada rejeki anak-anak saya, bukan semata datang dari pekerjaan saya dan istri.. Yah.. kita tahu bahwa anak dari pasangan ust Budi dan alm. Yoyoh itu ada 13 orang anak. Hebat kan?!!

Jumat, 15 Juni 2012

4 Memotivasi Diri

Sudah menjadi fitrah dari makhluk Allah yang dhoif bernama manusia bahwa ketika tertimpa kesusahan atau ujian, kemudian dia menjadi futur dan suka berkeluh kesah. Yah.. memang begitulah sifat alami manusia, suka sekali berkeluh kesah (QS Al-Ma'arij 19-20). Dalam keadaan futur, maka manusia sedang berada di posisi terendah dalam hidupnya. Perlu adanya motivasi untuk bisa mengangkat dirinya dari jurang kefuturan. Nah untuk bisa termotivasi, maka biasanya perlu adanya efek sentuhan dari luar untuk membangkitkan gairah. Maka dari itulah sekarang-sekarang ini banyak orang akhirnya menjadi motivator. Khusus untuk di Indonesia, sepertinya prospek masa depan dari menjadi motivator memang cukup cemerlang :).

Nah yang saya pikirkan adalah, ketika orang butuh dimotivasi, maka siapakah yang memotivasi seorang motivator?. Nah.. hayoo siapa yang bisa jawab??!! yang bisa jawab dapat hadiah ucapan selamat dari saya ^_^.

Yup.. para motivator adalah mereka yang sudah 'beres' dengan mereka sendiri. Dalam arti mereka sudah tahu cara dan triknya bagaimana agar dirinya termotivasi tanpa butuh seorang motivator yang lain. Atau istilah kerennya adalah bagaimana teknik memotivasi diri.

Jangan Pernah Menyerah

#Sebab futur
Biasanya futur itu karena terlalu banyak berada dalam kondisi sendirian. Nah.. yang belum menikah, saya yakin mudah sekali terkena penyakit futur daripada mereka yang sudah menikah. Seperti saya yang hidup di rumah sendirian (meski sudah menikah), mudah sekali saya terkena penyakit futur dan kemalasan. Atau bisa juga karena berkumpul dengan teman-teman yang tidak memberikan kebaikan. Suka membicarakan hal yang negatif . Atau bisa juga jika kita sering menonton tayangan berita kriminal. Saya mengalami sendiri lho!. Jika sering membaca atau menonton berita kriminal, entah kenapa pikiran saya menjadi sempit, mudah sekali curiga, dan cenderung akhirnya menutup diri. Makanya akhir-akhir ini saya ogah menonton berita kriminal. Jika ada berita dengan judul berbau kriminal, maka saya lebih suka menghindari untuk membacanya. Diantara sebab futur yang lain bisa juga karena seringnya mendengarkan hal-hal yang jelek dan pesimis. Atau bisa juga karena terlalu sering mendengarkan lagu-lagu mellow nan sendu. Percayalah lagu-lagu sendu membuat kita malas beraktifitas 

Cara Mendapatkan Motivasi


#Memotivasi Diri
Saya bukan pakar motivator, tapi hanya ingin menceritakan pengalaman pribadi jika sedang futur. Beda orang mungkin beda caranya, tapi saya akan share bagaimana supaya diri sendiri termotivasi, atau bagaimana membangkitkan sebuah lingkungan sehingga terbangkit motivasi diri. Selain mendekatkan diri kepada Allah lewat membaca AlQuran (menurut saya cara ini harga wajib, bukan trik), cara yang lain adalah berkumpul dengan orang-orang yang sholeh dan energik. Berkumpul dengan mereka yang suka berkata kebaikan dan meradiasikan energi positif akan membuat kita ikut dalam kebaikan di dalamnya. Cara berikutnya adalah mendengarkan rekaman ceramah dari ustadz yang pasti berdakwah tentang kebaikan. Mendengarkan ceramah ini bahkan menjadi favorit saya jika sedang sendirian, sehingga tidak berujung futur. Atau bisa juga mendengarkan nasyid-nasyid yang semangat. Nasyid dengan bit cepat seringkali memompa adrenalin saya untuk mumbuka mata dan bersemangat. Tips yang lain yang sering saya gunakan adalah dengan membaca novel-novel penuh hikmah dan memotivasi. Yup demikian beberapa cara yang saya gunakan jika sedang dalam keadaan futur atau tertimpa kemalasan. Semoga bermanfaat.



Tulisan ini terinspirasi dari testimoni Ippho Santosa bagaimana cara memotivasi diri.

Jumat, 25 Mei 2012

4 Harapan

Mungkin telat sekali aku baru sadar dan mengerti bahwa harapan yang ada di benak kita, seringkali merupakan kenyataan yang akan terjadi di masa mendatang. Impian dan keinginan yang ada di kepala kita hari ini, sebagian besar itulah yang akan terjadi di esok atau lusa hari. Mungkin sudah banyak sekali harapan-harapan kita yang telah menjadi kenyataan yang seringkali tidak kita sadari. Aku cukup merenungi hal ini dan bahkan sempat aku celotehkan dalam akun twitterku :
lihatlah harapan2 besar selama ini, energi sebagian besar tercurah mewujudkannya. Karenanya, kebanyakan harapan itupun terwujud nyata.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih). Dan aku cukup meyakini bahwa sepertiga dari prasangka itu adalah harapan. Tentu harapan yang berangkat dari sebuah prasangka yang baik. Maka apa yang kita prasangkakan baik, insyaAllah itu yang akan terjadi.

Dan aku sendiri yakin, harapan besar dengan usaha dan kerja yang besar akan menghasilkan capaian yang besar juga. Karena tentu Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan kerja keras hamba-Nya. Man jadda wa jada.
Wallahualam.

Kamis, 03 Mei 2012

7 Jauh Dekat Bernilai Kebaikan

Jarak antara rumah yang saya kontrak dengan masjid ini mungkin hanya beberapa meter saja. Sehingga kondisi ini membuat ketika waktu sholat tiba, suara adzan terdengar begitu nyaring. He he.. jadi teringat ucapan wakil presiden kita, bapak Budiono yang menyindir suara adzan yang dilantunkan nyaring. Entahlah, apa maksudnya pak wapres kita itu. Setahu saya, adzan memang musti dilantunkan dengan nyaring, maka ketika jaman Rosulullah ketika belum ada teknologi sound system, dipilihlah sahabat yang memiliki suara paling keras dan merdu. Dan terpilihkan sahabat mulia bernama Billal bin Robbah ra.

Bagi saya, menempati rumah yang berlokasi dekat dengan masjid menjadi sebuah keuntungan dan juga tuntutan. Keuntungan karena akan lebih dimudahkan untuk mendengar jelas suara adzan dan jaraknya yang dekat, tapi juga dibalik itu ada tuntutan yang lebih berat. Sudah ada tuntunannya bahwa bagi seorang laki-laki, sholat berjamaah di masjid menjadi sunnah yang sangat dianjurkan. Bagaimana kita dituntut untuk memakmurkan masjid-masjid Allah. Sehingga bagi mereka yang berlokasi di dekat masjid, maka uzur untuk tidak sholat di masjid (berhalangan) akan menjadi sangat kecil.

Tapi bagi muslim, apapun kondisinya selalu baik bagi dirinya. Dengan lokasi yang jauh, maka setiap langkahnya akan bernilai kebaikan yang besar dibanding mereka yang berlokasi lebih dekat. Sedang bagi mereka yang berlokasi lebih dekat, maka akan dimudahkan bagi mereka sholat lebih awal. Subhanallah. Indahnya menjadi muslim, jauh dekat bernilai kebaikan.

Kamis, 26 April 2012

3 Sedikit Belajar dari 'Monyet'

***
Lord Nobunaga hanya memberiku waktu tiga hari untuk menyelesaikan tugas itu, tapi aku menghabiskan hari pertama hanya dengan dua agenda. Memberikan pengarahan tentang pekerjaan apa yang akan mereka lakukan, dan mengadakan pesta untuk para pekerja.
***

Beberapa hari ini saya menikmati sajian cerita menakjubkan dari kisah seorang Toyotomi Hideyoshi sang samurai tanpa pedang dalam buku The Swordless Samurai. Seseorang yang dibesarkan dalam keluarga yang sangat miskin, tapi diakhir hidupnya berada pada posisi tertinggi dalam kepemimpinan Jepang. Memang jelas sekali seorang kaisar lah yang mustinya berada dalam struktur tertinggi, tapi pengaruh Hideyoshi mampu melebihi pengaruh kaisar yang hanya menjadi simbol saja. Kepemimpinan negara Jepang berada di tangan Hideyoshi yang seorang wakil kaisar. Di era modern seperti sekarang ini, mungkin Hideyoshi statusnya mirip dengan perdana menteri.

Bedah buku the swordless samurai akan saya bahas tuntas setelah saya selesai membacanya nanti. Saat ini saya baru selesai membaca pada page 116 dari 254. Masih setengahnya yang saya baca, tapi rasanya sudah tidak sabar ingin menulis tentangnya. Sebuah bukti tak terbantahkan kalau memang buku ini cukup menginspirasi, setidaknya untukku :). Saat ini, saya hanya ingin mencuplik salah satu kisah menarik dari si monyet. Kisah yang mungkin bisa memberikan inspirasi bagi kita semua. Eh.. monyet? yah.. orang-orang di sekitar Hideyoshi memanggilnya begitu, karena mungkin dari perawakannya yang jauh dari sosok samurai sejati. Badan yang kurus dan kecil, serta dengan wajah yang jelek sekali mirip seekor monyet. Setidaknya begitulah perawakan fisik yang digambarkan di dalam buku itu.


Kisah ini pernah diceritakan atasan saya di kantor dalam sebuah meeting, yang pada akhirnya mengantarkan ketertarikan saya pada buku ini. Suatu ketika Lord Nobunaga (atasan Hideyoshi) ingin membangun benteng Kiyoshu yang sudah porak-poranda diterjang angin topan. Naasnya pada saat yang sama, inteligen memberikan informasi bahwa Klan sebelah (Klan Imagawa) yang menguasai propinsi lain, ingin menyerang daerah kekuasaan Nobunaga. Memang saat itu, Jepang dilanda perang antar Klan yang menguasai propinsi masing-masing. Penguasaan propinsi ini tak pernah mau tunduk kepada kekuasaan pusat yang dipimpin kaisar. Maka pada waktu itu Kaisar hanyalah simbol belaka, tak memiliki kewenangan apapun. Saat itu, Hideyoshi hanya seorang pelayan rendahan yang mengurusi bagian kayu bakar.

Pekerjaan membangun benteng yang menjadi markas besar klan Nobunaga tidak berjalan dengan sempurna. Para pekerja sangat malas sehingga sang mandor sibuk berteriak kepada pekerja yang malas. Alhasil, pekerja semakin malas karena kelakukan sang mandor. Hideyoshi memberikan saran kepada Lord Nobunaga bahwa dia bisa menyelesaikan benteng itu dalam waktu tiga hari saja. Lord Nobunaga cukup tertarik dengan ide Hideyoshi, namun tetap dengan syarat. Syaratnya adalah jika gagal, maka hukuman paling ringan adalah pukulan tongkat mandor itu. Sedangkan sudah bisa ditebak apa hukuman paling berat? yah.. kepala Hideyoshi bisa saja terlepas dari lehernya.

Cara hideyoshi mendekati para pekerja terbilang cukup unik dan diluar kewajaran saat itu. Dia menghabiskan sehari dari tiga hari yang dijanjikannya dengan berpesta bersama pekerja. Meyakinkan para pekerja dengan hadiah uang tembaga jika mereka berhasil membangun benteng dengan baik dan cepat. Tidak berlaku sebagai mandor yang hanya bisa teriak-teriak saja, tapi dia mendekati pekerja seperti teman. Akhirnya dia berhasil menjalin hubungan yang dekat dengan para pekerja. Dan akhirnya, bersama-sama mereka berhasil membangun benteng tangguh Kiyoshu dalam waktu tiga hari (termasuk sehari yang digunakannya untuk berpesta). Sebuah seni kepemimpinan sang monyet yang bisa kita contoh.

Senin, 23 April 2012

5 Energi Inspirasi

Mungkin kita jarang menyadari, bahwa kegiatan yang kita lakukan itu seringkali banyak dipengaruhi oleh apa yang kita konsumsi. Konsumsi apapun sering akan masuk ke dalam otak dan secara bawah sadar pelan tapi pasti akan mempengaruhi kita. Itulah energi inspirasi. Kita mungkin seringkali kagum dengan apa yang telah dilakukan oleh seseorang, maka kemudian secara tidak sadar, kita tiba-tiba akan meniru tingkah lakunya. Saya sendiri sering mengalaminya. Ketika ada seseorang yang mampu menarik perhatian saya, maka secara tidak sadar tingkah laku saya mulai meniru gaya orang itu. Tidak selalu sama persis, tapi energi kita cukup banyak habis untuk mencontoh apa yang melekat dari orang yang kita sukai. Mungkin itulah adalah energi inspirasi.

Tindakan mencontoh/plagiat tidak selalu negatif. Dalam beberapa hal, tindakan plagiat musti kita lakukan. Apa jadinya jika seorang muslim tidak menjadi plagiat dari seluruh tindakan Rosulullah?. Inspirasi memang bukanlah berarti sama dengan plagiat atau tindakan mencontoh, tapi kata inspirasi seringkali datang dari kata kerja mencontoh. Entahlah, saya bukan ahli bahasa yang bisa membedakan secara baik nan detail kedua kata itu. It's oke lah ada perbedaan pendapat soal itu, tapi yang mungkin kita bisa sepakati adalah sumber inspirasi.


Source Picture


Seperti halnya aktifitas menulis yang saya lakukan di blog coffee tercinta ini. Ini semua juga berangkat berasal dari kata inspirasi. Sumber inspirasi bisa datang dari mana saja. Yang musti kita perhatikan adalah dia datang dengan wajah buruk, wajah baik atau datang dengan wajah abu-abu. Pikiran dan nurani kita musti bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Jangan sampai kita salah memilih sumber inspirasi.

Seperti halnya setiap istilah proses, ada bagian input dan bagian output. Kita tak melulu bersemangat dalam mencari sumber inspirasi yang baik dan bermanfaat bagi diri kita sendiri, tapi juga musti bersemangat memberi inspirasi kebaikan kepada orang lain. Dan sebagai blogger/penulis, kita memiliki kesempatan emas itu :) . Kesempatan menebar inspirasi!.


***
Hanya celoteh ringan pagi ini sebelum memulai hari. Kau tahulah kawan, -menulis pagi membuatku riang menghadapi hari-.



Senin, 16 April 2012

6 Berburu Jendela Ilmu

Kisah Sang Penandai dan Swordless Samurai, itulah dua buku yang saat ini terpampang manis di rak buku saya di rumah. Saya memburunya kemarin di Togamas. Sebenarnya awalnya saya ingin mampir dulu ke toko buku islami di belakang masjid Salman ITB, karena di tempat itu dijual banyak buku keren dengan harga yang relatif murah. Namun karena tutup, maka langsung saja motor saya pacu ke toko buku Togamas yang terletak di jalan Supratman, Bandung. Alasan mengapa saya memilih toko buku Togamas itu sederhana, ada layanan sampul gratis dan diskon yang lumayan. Alasan yang klise bukan? :). Btw.., sedikit ngiklan tak papa yah :).

Mengenai ketertarikan saya terhadap buku Swordless Samurai, ada background alasan tersendiri. Saya ini termasuk penyuka sejarah. Menafsir dan membayangkan kisah-kisah heroik masa lalu menjadi kesenangan tersendiri bagi saya. Apalagi membaca sejarah negeri Sakura di abad 16 yang cukup menjadi catatan kelam generasinya saat ini. Masa-masa dimana terjadi pembantaian dan kegelapan. Hukum satu-satunya yang berlaku saat itu adalah hukum pedang. Mengenai sejarah Jepang di abad 16, kita bisa sedikit mengintip bagaimana bayangan kegelapannya dalam film anime Rurouni Kenshin (Samurai-X). Pada masa-masa itu, siapa yang kuat, dialah yang menang. Semua orang biasa menenteng samurai kemana-mana. Pembunuhan terjadi dimana-mana. Sungguh sebuah masa yang gelap dan kelam. Pernahkah kita sesekali membayangkan hidup di tempat dan jaman seperti itu?.



Swordless Samurai. Pertama kali saya mendengar istilah ini ketika boss saya di kantor mengutipnya dalam sebuah rapat mingguan. Beliau menjelaskan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang hebat. Pemimpin pertarungan yang bahkan tak punya modal bertarung. Tapi dia punya modal akal dan integritas. Kemampuan mempengaruhi orang lain membuatnya menjadi legenda. Legenda samurai tanpa pedang. Sejak saat itu, saya langsung memiliki keinginan untuk memiliki buku itu. Apalagi ditambah dengan keisengan rekan saya ririsnovie yang dalam akun twitternya mengatakan bahwa Bepe (tokoh nasional yang sangat digemarinya) sudah memiliki buku hebat ini. Hadeuh... apa hubungannya coba saya sama Bepe!.

Sebenarnya dari awal, tidak ada buku spesifik yang saya niatkan untuk diburu. Buku apa saja yang bisa menarik perhatian, itulah target perburuan saya. Dan ketika di bagian tumpukan buku-buku best seller terpampang manis sebuah buku dengan cover seorang samurai, sayapun tertarik mendekat. Dan ternyata.., ini dia!! Swordless Samurai.. buku yang selama ini membuatku penasaran. Tanpa banyak berpikir, langsung saja saya comot buku cantik itu dari peraduannya.

Terpampang di sampul belakang, harga buku ini 5*.000 diskon 15%. Hemm.. berdasarkan alokasi dana hari ini, kira-kira masih ada satu buku lagi yang bisa saya buru. Kemudian saya menemukan buku besutan Tere Liye berjudul Kisah Sang Penandai. Sebenarnya ada beberapa buku karya Tere Liye yang belum saya punyai. Ada Sunset Bersama Rosie, Ayahku Bukan Pembohong, dan Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah. Namun, saya memilih Kisah Sang Penandai hanyalah karena saya tertarik dengan gambar unik di sampulnya. Gambar dimana ada dua orang yang tengah berjuang berlayar di tengah kerasnya ombak samudera. Hemm.. sepertinya ini fiksi yang cukup menarik :).

Buku, tak hanya membacanya saja, memburunya menjadi aktifitas yang menyenangkan buat saya. Mungkin hampir senada dengan antusiasnya para ibu yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam di pasar hanya untuk membeli bahan-bahan dapur. Kalau dana di kantong cukup tersedia, aktifitas berburu buku membuat saya ketagihan selalu, entahlah.. mungkin karena buku adalah jendela ilmu :).

Kamis, 12 April 2012

8 Menertibkan Kebiasaan Baca

Ada komentar menarik dari seorang sahabat di salah satu postingan saya di blog ini tentang makna menulis. Berikut kutipan jejak komentar dia yang terpampang manis disana :
.. ada baiknya membaca juga dijadikan hobi dengan target mungkin 1 buku perminggu gitu??
Komentar ini seperti cinta yang menusukku secara tiba-tiba, mengagetkan. -versiagaklebay-. Saya menyebutnya cinta, karena komentar ini menjadi nasihat yang baik bagi diri saya. Saya seperti diingatkan dari sebuah keterbuaian yang tak berasa dan berlangsung lama. Seperti nyamuk yang menggigit jahat ke kulit manusia yang sedang terbuai dalam tidur yang nyenyak. Saya dipaksa harus bangun, kembali menertibkan diri layaknya tongkat yang jatuh ditegakkan kembali ke posisi kokoh berdiri.

Memang benar, beberapa minggu ini saya cukup fakum dari aktifitas membaca. Buku 'Moga Bunda Di Sayang Allah' setebal 246 halaman juga belum kelar dibaca. Sekarang masih pada posisi page 165. Sangat lamban. Padahal biasanya, satu minggu atau dua minggu sekali bisa terlahap satu buku. Tapi tergantung juga dengan kualitas buku yang saya baca. Jika buku itu sangat menarik, biasanya durasinya akan pendek. Semisal novel 'Ketika Cinta Bertasbih' karangan Habiburahman El Shirazi, buku ini habis terbaca hanya dalam hitungan dua hari saja.


Source Picture


Waktu ternyaman dalam aktifitas membaca bagi saya adalah selepas pulang bekerja. Sehabis isya' menjadi waktu favorit yang sering saya gunakan untuk membaca. Biasanya aktifitas ini cukup sakti sebagai pengantar tidur juga. Namun hari-hari kemarin, saya disibukkan dengan berita politik yang cukup heboh di negeri ini. Apalagi kalau bukan mengenai kisruh kenaikan harga BBM dan juga koalisi Demokrat-PKS. Praktis perhatian saya tersedot dengan kanal berita di televisi yang membahas topik yang menarik dan seksi ini. Waktu mustajab yang sering saya manfaatkan untuk membaca, beralih menjadi aktifitas mantengin layar monitor televisi hingga sampai waktu tidur menjelang. Tak ada lagi aktifitas baca. Lenyap tak bersisa.

Hingga akhirnya topik seksi tentang kenaikan harga BBM dan koalisi Demokrat-PKS mulai hilang dari peredaran, saya seperti kembali disadarkan. Saya musti kembali membaca. Saya membutuhkannya :).

Dan kemarin malam, selesai sholat isya' dan kebiasaan harian, saya mulai membuka buku lagi. Ada sensasi unik luar biasa yang saya dapati. Sensasi yang tidak saya dapatkan dari sekedar menonton debat di televisi. Sensasi menikmati untaian kata dan kalimat penuh muatan hikmah serta kecantikan diksi khas sastra islami. Luar biasa. Yuk.. mari menertibkan kembali kebiasaan baca.

Senin, 09 April 2012

5 Berhenti Sejenak

1. Seekor burung yg terbang tinggi butuh #berhentiSejenak, hinggap di pohon menghimpun tenaga untuk terbang lebih jauh. Kitapun jg butuh.

2. Seperti halnya kereta yg #berhentiSejenak ditiap stasiun menaikkan dan mnurunkan penumpang, kitapun jg butuh curhat & menerima nasihat.



3. Kita kadang btuh #berhentiSejenak dlm perjalanan hidup, sedekar minum seteguk air, mengelap bulir peluh, mengumpulkan kembali semangat.

4. #BerhentiSejenak bukanlah berarti berhenti berharap, tapi malah meniti harap yg jauh lebih tinggi. Met pagi sahabat di senin semangat.

Sumber : @fifinnugroho
 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates