Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^
Tampilkan postingan dengan label Switzerland. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Switzerland. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Juni 2020

1 Mbolang ke Aarberg dan Biel / Bienne Switzerland - Bagian 2

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari cerita sebelumnya yaitu Mbolang ke Aarberg dan Biel/Bienne Bagian 1

Mbolang ke Aarberg dan Biel-Bienne Switzerland Bagian 2


Aarberg


Artistik Sang Kota Tua


Sesaat keluar dari Articulated Bus berwarna merah itu, kami clinguk-an mencari petunjuk arah ke Kota Tua. Berdasar informasi dari Google Maps, sebenarnya lokasinya sudah cukup dekat. Namun, tetap saja kami masih kebingungan karena kurang menguasai arah mata angin. Alih-alih membuka aplikasi kompas di handphone, beberapa diantara kami sedikit tak sabar dan memilih bertanya langsung kepada orang setempat yang berseliweran. Beruntung sekali orang Swiss itu ramah-ramah. Kami diberitahu ancer-ancer lokasi Kota Tua. Dan sesuai dengan dugaan, lokasinya memang sudah dekat. Kamipun kembali melangkahkan kaki, tak sabar ingin segera melihat seperti apa kota tua itu.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya sampai juga kami di kota tua itu. Beberapa bangunan dengan arsitektur klasik mulai menghias mata. Jika diperhatikan dengan seksama, lokasi ini malah terlihat seperti komplek ruko / pertokoan dimana pada bagian lantai dasar lebih banyak digunakan sebagai toko roti, mainan dan lain-lainnya. Meskipun begitu, hal itu sama sekali tak mengurangi eksotisme tempat ini.

Tak mau sekedar melihat-lihat saja, kami mengabadikan momen langka itu dengan berfoto-foto dengan latar bangunan artistik itu. Beberapa orang lokal Swiss terlihat memandangi kami. Ah, siapa pula peduli. Kami terus menyusuri jalanan di area kota tua itu sambil sesekali berfoto ria bila menemukan sesuatu yang menarik.

Kota Tua Aarberg, Switzerland
Kota Tua di Aarberg

Setelah merasa puas melihat-lihat area kota tua, kami terus menyusuri jalan di komplek itu hingga menemukan ujungnya. Info dari Schwab, di penghujung kota tua terdapat sebuah jembatan kayu yang klasik. Dan setelah keluar dari jembatan itu, kita akan disuguhi dengan pemandangan yang sangat menarik.

Langit siang itu agak mendung, berhias gumpalan awan gelap. Sepertinya sebentar lagi akan memuntahkan ribuan ton air hujan. Namun, kami tak khawatir. Jika sewaktu-waktu hujan tiba-tiba mengguyur, kami sudah bersiap dengan payung yang ada di dalam tas masing-masing. Hanya satu saja yang saya khawatirkan, yaitu sepatu. Jika kebasahan, maka sepertinya saya harus ke tempat training di hari senin memakai sandal.

Jembatan kayu yang bersejarah


Sungai yang Jernih

Dari atas  jembatan, kami dibuat takjub dengan pemandangan alam yang tak biasa. Seumur hidup jarang sekali saya menemukan pemandangan seperti ini. Di depan saya terpampang sungai yang berkelok-kelok membelah kota Aargberg. Indah sekali sungai ini. Nyaris tak kami temukan sampah sedikitpun di sepanjang sungai ini. Di beberapa bagian malah tampak seperti danau-danau kecil yang indah.

Airnya juga begitu jernih membiru. Saking jernihnya, bahkan kami bisa melihat bagian dasar sungainya. Namun sayangnya, kami tak menemukan ikan di dalamnya meskipun tak ada niatan sedikitpun untuk mancing.

Sungai Aarberg, Switzerland

Kami mulai berjalan turun dari jembatan, menyusuri jalan setapak di pinggiran sungai. Jalannya sedikit becek karena terkena air hujan. Saya berpikir, jika bukan musim dingin, pasti banyak orang Swiss yang berpiknik di sungai ini, layaknya Hanami di Jepang. Jika Hanami di Jepang dilakukan sambil menikmati keindahan bunga sakura, di Aarberg sini 'Hanami' dilakukan untuk menikmati keindahan sungai sambil bakar ikan hasil tangkapan. 

Biel / Bienne


Perjalanan ke Biel-Bienne


Setelah puas menikmati pemandangan sungai, kami pun berjalan kembali menuju stasiun Aarberg. Masih ada satu agenda lagi di hari itu yaitu ke kota Biel-Bienne. Katanya sih disana terdapat sebuah danau.

Untuk menuju ke kota Biel / Bienne, kali ini kami menggunakan moda transportasi kereta api. Sesampainya di stasiun Aarberg, kami segera mencari tempat penjualan tiket kereta. Ada dua cara untuk membeli tiket kereta di Swiss, yang pertama dengan membeli langsung ke loket reservasi, seperti yang kami lakukan ketika membeli tiket dari stasiun Zurich Flughafen ke Lyss, atau dengan melalui mesin tiket ( ticket machine ). Kami belum pernah membeli dengan cara ini sebelumnya.

Stasiun Aarberg

Awalnya kami ingin membeli tiket di loket reservasi stasiun, namun sayangnya saat weekend loketnya baru buka agak siang. Seingat saya, buka nya mulai pukul 11.30. Kamipun berbalik arah, bergegas menuju ke arah mesin tiket yang lokasinya berada tak jauh dari loket reservasi. Berikut ini adalah penampakannya mesin tiketnya,

Cara naik kereta di Swiss
Mesin tiket untuk naik kereta

Ketika pertama kali mencoba mesin tiket itu kami agak kebingungan. Beruntung di dalam petunjuk mesin ini terdapat mode versi English. Kamipun berusaha menyesuaikan diri, mencoba memahami alur pembelian tiket di mesin ini. Sesekali berdebat kecil. Seru.

Sebenarnya caranya cukup mudah dipahami bagi orang yang baru pertama kali menggunakannya. Sangat user friendly. Jika merasa ada yang salah dalam prosesnya, langsung kami klik cancel, diulangi dari awal lagi. Beberapa menit mencoba-coba, setelah mengalami trial and error, akhirnya empat tiket kereta dengan tujuan Biel / Bienne pun berhasil tercetak. Alhamdulillah.

Tiket kereta Aarberg
Tiket ke Biel / Bienne

Kami membuka aplikasi SBB Mobile di handphone untuk melihat jadwal kereta terdekat menuju Biel / Bienne. Rupanya masih ada sekitar 10 menit-an lagi sebelum kereta dengan jadwal terdekat datang. Daripada terus berdiri, kami memilih menunggu di ruang tunggu yang ada di stasiun.

Salah seorang dari kami memanfaatkan momen ini dengan menyalakan sebatang rokok setelah sebelumnya clingak-clinguk mencari apakah ada petunjuk larangan merokok di stasiun ini. Beruntung sekali bagi dia, beberapa detik kemudian ada orang lokal Swiss yang melakukan hal yang sama. Akhirnya berbekal sebatang rokok yang mulai mengebul, perbincangan kecil dengan orang Swiss itu dimulai. Suasara hangat dan akrab mulai terlihat, chemistry mulai terjalin. Perbincangan basa-basi yang akhirnya dapat mengusir keheningan sebelum kereta tiba. 

Saya dan dua orang kawan lainnya memilih untuk masuk ke dalam ruang tunggu stasiun. Menghangatkan diri sambil memakan roti sisa sarapan tadi pagi. Di ruang tunggu itu memang cukup nyaman, terdapat mesin heater pemanas ruangan.

Danau yang Sepi

Sesaat kemudian, kereta yang akan mengantar kami ke Biel / Bienne pun akhirnya tiba. Kami langsung masuk dan mencari tempat duduk yang kosong untuk ber-empat. Jarak antara Aarberg ke Biel Bienne kali ini lumayan. Sekitar 30 menit perjalanan dengan menggunakan kereta.

Jalur kota Aarberg menuju Biel / Bienne

Setelah perjalanan singkat 30 menit-an, kami sampai di Stasiun Biel / Bienne. Stasiun ini lebih besar jika dibandingkan dengan stasiun Aarberg atau pun Lyss. Alasannya mungkin karena stasiun Biel / Bienne adalah gerbang utama menuju ke wisata danau Biel. Tentu banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah ini, termasuk kami.

Stasiun Biel Bienne
Sesaat keluar dari stasiun Biel Bienne

Jarak stasiun Biel / Bienne ke danau rupanya tak terlalu dekat. Kami butuh melangkahkan kaki sekian lamanya sebelum akhirnya menemukan danau. Sebenarnya hal ini sama sekali tak menjadi masalah buat kami. Kami suka berjalan kaki, apalagi di daerah yang baru seperti kota Biel. Pemandangan jalanan kota Biel / Bienne menjadi keasyikan tersendiri bagi kami. Bahkan, beberapa kali kami harus tersesat karena tak sesuai dengan petunjuk arah di Google Maps. Menjadi sebuah keseruan berbalut gelak tawa saling menyalahkan.

Mencari Danau Biel

Mendung masih saja gelap. Sepertinya kondisi ini akan terus berlarut sepanjang hari hingga sore nanti. Tidak segera hujan, disisi lain mentari enggan pula menampakkan diri. Beruntung sekali kami jalan-jalan di hari itu.

Berbekal arahan Google Maps, danau pun akhirnya berhasil ditemukan. Danau Biel namanya. Sangat indah, berlatar perbukitan dan deretan pepohonan dengan daun yang meranggas. Lokasinya pun juga bersih. Beberapa kapal tak berpenghuni terlihat tengah bersandar.

Tak ada petugas, tak ada pemeriksaan tiket masuk, kami pun langsung leluasa menikmati keindahan danau. Berikut ini beberapa view yang sempat kami abadikan.

Danau Biel

Danau Biel Bienne
Danau Biel

Dermaga Danau Biel

Sebenarnya ada satu hal yang menjadi keheranan kami. Kenapa danau Biel ini begitu sepi? Nyaris tak ada orang lain selain kami di lokasi ini. Padahal lokasi ini bisa menjadi objek wisata yang sangat menarik. Apa karena sekarang lagi musim dingin, hingga orang-orang malas keluar? Atau karena sedang akhir pekan? Padahal di Indonesia, orang cenderung memanfaatkan akhir pekan untuk berwisata. 

Sejenak duduk-duduk menikmati indahnya danau Biel

Beberapa dari kami iseng mengecek kapal-kapal yang tengah bersandar. Melihat interiornya. Kalau kami intai dari balik kaca jendela, di dalamnya terlihat tempat duduk  yang saling berhadap-hadapan dan terdapat meja di tengahnya. Di ujung terdapat bar yang difungsikan bagi pelanggan yang ingin memesan makanan atau sekedar minum.

Jelas ini bukan kapal nelayan. Ini adalah kapal untuk para wisatawan di danau Biel. Mungkin keramaian di danau Biel akan terlihat saat musim panas. Namun, musim dingin begini bukan berarti danau harus dianggurkan. Ah, saya jadi terbayang pasti nikmat sekali menyantap mie rebus di dalam kapal itu sambil menikmati keindahan danau.

Di ujung dermaga tempat saya duduk terdapat sebuah shelter bus atau halte. Rupanya ada bus yang berhenti di lokasi ini. Jika ada kesempatan lain (ha ha, mimpi boleh kan), sepertinya akan mudah jika naik bus saja daripada harus jalan kaki. Kita bisa naik bus dari stasiun Biel / Bienne. Di Swiss, stasiun dan terminal hampir selalu berdekatan. 

Nampang dulu di kolong jembatan sebelum menuju stasiun

Waktu terus berjalan, semakin lama kami berada di dermaga rasanya semakin dingin saja. Setelah dirasa cukup, kami pun bersepakat untuk kembali ke stasiun Biel / Bienne. Tak tertarik untuk naik bus, kami memilih berjalan kaki. Lumayan lah, bisa menghangatkan badan yang serasa sudah membeku.

Episode Jalan-jalan Berakhir, Saatnya Kembali ke Lyss

Sesampainya di stasiun Biel / Bienne, kami langsung mencari lokasi pembelian tiket. Berbekal pengalaman dengan mesin tiket di stasiun Aarberg, kami jadi lebih pede untuk membeli tiket menggunakan ticket machine. Tak seperti di Aarberg, kami lebih lancar menekan tombol-tombol di mesin tiket tersebut. Tiket pun berhasil didapat, kami segera menuju ke peron keberangkatan. 

Stasiun Biel / Bienne ini besar sekali. Setidaknya ada lebih dari enam jalur kereta di stasiun ini. 

Kereta Stadler di Stasiun Biel Bienne
View dari dalam ruang tunggu stasiun,
terlihat kereta pabrikan Stadler

Salah seorang di antara kami ada yang ingin pergi ke mini market untuk belanja sesuatu. Lokasinya masih berada di dalam stasiun. Kami memilih jadwal kereta yang berangkat agak lama lagi, biar belanjanya bisa jenak. Saya sendiri memilih menunggu di ruang tunggu stasiun yang ada penghangatnya. Lebih nyaman.

Perjalanan ke Lyss bersama Tolak Angin

Sesekali kami melihat aplikasi SBB mobile (aplikasi ini di Jepang namanya Hyperdia), untuk memastikan jadwal keberangkatan kereta menuju Lyss. Beberapa menit kemudian, kereta yang kami tunggu-tunggupun tiba. Setelah mendapat tempat duduk yang nyaman, saya memandang ke arah jendela, mengamati orang-orang lalu lalang.

Sambil mencicip tolak angin, terbayang agenda esok hari. Kira-kira mau kemana ya? Interlaken? Grinderwald?


Jumat, 10 April 2020

3 Hari Pertama di Switzerland

Semenjak diumumkan penderita virus Corona pertama di Indonesia oleh Presiden awal maret lalu, semua headline media mainsream dan sosial media penuh dengan tema virus mematikan itu. Bahkan di group-group WA juga tak luput dari pembahasan update Covid-19. Tidak ada yang salah sebenarnya, karena semua orang memang sedang waspada memantau perkembangan virus yang belum ada vaksin-nya tersebut.

Tapi ingat kawan, bila kita terlalu banyak mengkonsumsi berita-berita terkait virus Corona, bisa jadi kita akan terkena gejala Psikosomatis. Apa itu? Gejala dimana tiba-tiba kita merasa seperti agak meriang, tenggorokan agak nyeri atau bahkan seolah-olah mengalami sesak nafas. Namun jangan khawatir, itu gejala wajar dan tidak berbahaya. Namun bila kondisi tersebut berlangsung lama akan membuat kita stres dan takut sendiri. Bila kita stres, panik dan takut, bisa menurunkan imunitas tubuh kita. Maka sejenak saya mengajak temen-temen semua untuk sedikit mengurangi konsumsi berita virus-virusan. Agar pikiran menjadi lebih santai, kali ini saya ajak teman-teman untuk berkunjung ke negeri Switzerland.




Hari Pertama

Hari itu tanggal 8 Desember 2019, sekitar 1,5 bulan sebelum virus Corona mulai mewabah dan menjadi pandemik dunia. Setelah keluar dari Bandara Internasional Zurich, saya bersama dengan 3 orang kawan segera mencari lokasi stasiun kereta api yang akan membawa kami ke sebuah kota kecil bernama Lyss. Di kota itulah kami akan menghabiskan waktu 12 hari untuk keperluan training.

Bagusnya di negara maju adalah sistem transportasi yang sudah terintegrasi. Bila kita tiba di bandara Zurich, maka untuk menuju berbagai lokasi di Swiss sangatlah mudah. Lokasi stasiun kereta juga berada tepat di sebelah bandara. Namanya stasiun Zurich Flughafen. Dari stasiun ini, kamu bisa pergi menjelajah seluruh penjuru negeri Switzerland.
Stasiun Zurich Flughafen
Suasana Stasiun Zurich Flughafen

Sebelum membeli tiket kereta, terlebih dahulu kami mencari lokasi 'money changer' untuk menukar uang. Mata uang yang berlaku di negara ini adalah Swiss Franc, sedangkan kami membawa mata uang Dollar USD. Agar bisa membeli tiket kereta api/ bus dan juga berbelanja, maka kita harus menukar uang tersebut. Kalau di-kurskan, 1 USD itu setara dengan 0.98 Swiss Franc. Wow, ternyata nilai tukar mata uang Swiss lebih tinggi dibandingkan dengan mata uang Dollar Amerika.

Mencari money changer di Swiss
Lokasi Money Changer

Jika diperhatikan dengan seksama, ternyata kualitas dari uang kertas Swiss Franc sangatlah bagus. Terlihat dari desain, ketebalan dan bahan kertasnya. Rasanya memegang uang Swiss Franc ada tambahan rasa percaya diri.

Uang Kertas Swiss Franc

Setelah menukar uang, kami segera menuju ke tempat reservasi tiket kereta. Kali ini kami akan naik kereta yang dioperasikan oleh operator SBB-CFF-FFS. Perlu diketahui bahwa di Swiss terdapat lebih dari satu operator kereta. Yang terbesar adalah SBB-CFF-FFS tersebut. Lokasi reservasi tiket kereta terlihat tidak seperti di Indonesia. Tidak ada antrian orang yang berjubel. Mungkin mayoritas orang Swiss sudah memiliki kartu 'Swiss Pass' atau sejenisnya. Singkatnya, kartu tersebut digunakan untuk naik kereta api di waktu kapanpun dan tujuan kemanapun selama itu masih berada di wilayah negara Swiss. Jika kamu berencana tinggal di Swiss dalam waktu yang lama, maka direkomendasikan untuk memiliki 'Swiss Pass' ini. Kamu bisa naik kereta, bus atau Tram hanya dengan satu kartu itu. Analogi sederhananya, ini adalah tiket 'all you can eat'. Jauh lebih hemat bila dibandingkan dengan membeli tiket sekali jalan seperti yang kami lakukan ini.

Membeli tiket kereta di Swiss
Membeli tiket kereta di Swiss

Harga tiket dari stasiun Zurich Flughafen ke kota Lyss sebesar 61 CHF (atau setara Rp. 1.020.000,-). Jarak antara Zurich ke Lyss sekitar 136 km, itu seperti perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Bentuk tiketnya seperti ini.

tiket kereta di Swiss
Tiket Zurich-Lyss (kelas 2) seharga 61 CHF

Naik Kereta Zurich - Lyss

Salah satu momen yang saya tunggu-tunggu saat berada di Swiss adalah naik kereta api nya. Selain itu, tentunya kami bisa menikmati pemandangan pegunungan salju khas Switzerland yang indah dari balik jendela. Di Swiss terdapat deretan pegunungan yang puncaknya selalu tertutup salju sepanjang tahun, apapun musimnya. Keren kan?

Tiba di Stasiun Zurich Flughafen
Saat di Stasiun Zurich Flughafen

Satu hal terpenting yang harus diperhatikan saat akan naik kereta di Swiss adalah kita harus tahu jadwal kereta yang akan kita naiki. Untuk melihat jadwal kereta di Swiss, silahkan install aplikasi 'SBB Mobile'.
Aplikasi SBB Mobile untuk melihat jadwal kereta di Swiss
Aplikasi SBB Mobile untuk melihat jadwal kereta

Tidak seperti di Indonesia dimana setiap tiket sudah tertulis nama kereta dan jadwal keberangkatannya, namun di Swiss aturan tiketnya berbeda. Kita bebas memilih jadwal keberangkatan selama masih dalam rentang waktu yang ada. Semisal saja seperti yang tertulis di tiket saya, bahwa tiket berlaku pada rentang waktu tanggal 8-12-2019 pukul 00.00 sampai dengan tanggal 9-12-2019 pukul 05.00. Nah saya bebas memilih kapan akan berangkat selama masih berada di rentang waktu tersebut.

Peron Keberangkatan Stasiun Zurich Flughafen
Di setiap lorong terdapat informasi kereta dan jadwalnya

Siang itu sekitar pukul 13.00 waktu Swiss, setelah mendapatkan tiket kami langsung menuju ke lokasi peron keberangkatan. Udara saya rasakan begitu dingin menusuk tulang. Sambil membawa koper kami duduk-duduk menunggu di titik keberangkatan kereta. Oh iya, harap diperhatikan bahwa kereta di Swiss terdapat 2 kelas untuk penumpang, kelas 1 dan kelas 2. Saya saat itu memilih kelas 2. Yah karena kelas 2 lebih murah dibandingkan dengan kelas 1 ^_^. Pastikan juga kita masuk ke pintu kereta yang sesuai dengan kelas yang tertera di tiket.

Kereta kelas 2 di Swiss
Pintu masuk kereta kelas 2

Yang unik dari kereta api di Swiss adalah tempat duduknya yang saling berhadap-hadapan. Dan di setiap tempat duduk terdapat meja kecil yang bisa digunakan untuk menaruh HP, buku atau tas kecil. Di sebelah atas jendela, kita juga bisa menemukan colokan untuk nge-charge HP. Jika kamu ingin membuang sampah, disediakan juga tempat sampah kecil yang berada di bawah meja. Ingat selalu untuk menjaga kebersihan dan sopan santun, apalagi kita sedang berada di negeri orang.

Naik kereta api di Swiss
Saat berada di dalam Kereta Zurich-Lyss

Suasana berbeda langsung terasa sesaat memasuki kereta. Interior khas eropa tampak apik disana sini. Wajah-wajah bule yang putih dengan hidung mancung memenuhi tempat duduk yang ada. Mereka mayoritas, dan kini wajah Asia-kami jadi tampak asing, he he.

Ah, saya menikmati sekali perjalanan kali ini. Lelah 20 jam perjalanan via pesawat berikut transitnya seperti terbayar sudah dengan perjalanan kereta kali ini. Sesekali saya juga bercanda dengan 3 kawan saya yang juga tampak excited dengan suasana baru ini.

Setelah mendapat tempat duduk yang nyaman, kita bergantian sholat Dhuhur dan Ashar. Di bandara Internasional Zurich kita tidak menemukan mushola atau prayer room, akhirnya kami memilih melaksanakan sholat di dalam kereta.

Dari balik jendela, deretan pegunungan salju seperti menyambut kami. Inikah negeri dongeng itu. Welcome to Switzerland!
Interior kereta Swiss
Terdapat tangga menuju lantai atas

Berada di dalam kereta Swiss
Dari Zurich transit dulu di Bern, sebelum menuju ke Lyss

Interior kereta Swiss
Jika kamu tidak mendapatkan tempat duduk, kamu bisa memanfaatkan semacam bantal yang dipasang di dinding ini untuk bersandar.

Tiba di Kota Lyss

Setelah 2 jam perjalanan akhirnya kami tiba di stasiun Bern. Stasiun ini berada di ibu kota negara Swiss yaitu Bern. Kita akan transit terlebih dahulu, ganti kereta sebelum menuju kota Lyss. Jarak antara kota Bern dengan Lyss tidak terlalu jauh. Dengan kereta, memakan waktu perjalanan sekitar 20 menit.
Kereta api di Swiss
Saat transit di Bern, nampang dulu di depan kereta

Dari stasiun Bern kita melanjutkan perjalanan ke kota Lyss. Kalau diibaratkan Lyss adalah sebuah desa / kecamatan di Swiss. Kotanya kecil, namun sangat rapi dan indah. Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di stasiun Lyss. Tenang sekali rasanya kota ini. Keluar dari stasiun, kami langsung disuguhi jalan-jalan dan trotoar yang rapi.

Sambil berjalan menarik koper masing-masing, kami menikmati sekali pemandangan kota ini. Waktu sudah hampir maghrib, udara semakin dingin saja. Kami harus secepatnya menemukan hotel tempat kami tinggal sebelum kemalaman.

Nama hotelnya adalah Weisses Kreuz. Kalau dari peta, tidak terlalu jauh dari stasiun Lyss. Untung di Swiss kami masih leluasa memakai google Maps. Benar-benar menjadi aplikasi penolong disaat-saat seperti ini. Setelah jalan beberapa menit, kami menemukan jalan 'Marktplatz'. Artinya hotel sudah tidak jauh lagi.

Jalan Marktplatz Swiss
Jalan Marktplatz, Lyss, Swiss

Sebelum matahari benar-benar terbenam, akhirnya kami berhasil menemukan hotel Weisses Kreuz. Setelah perjalanan yang teramat panjang, kami seperti tak sabar untuk segera memasuki kamar hotel untuk merebahkan badan. Setelah masuk ke dalam kamar masing-masing, tak lama berselang rasa kantuk tiba-tiba hinggap tak tertahankan. Masih jam 6 sore, tapi di Indonesia sudah tengah malam. Jet lag?

Baca juga : Makanan Selama di Swiss

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates