Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Minggu, 27 Oktober 2019

0 Jalan-jalan ke Jepang Musim Dingin Bulan Januari : Part 2

Cerita sebelumnya di Jalan-jalan ke Jepang Musim Dingin : Part 1

***

Selepas keluar dari Ueno Station, udara dingin langsung menyergap masuk ke dalam pori-pori tubuh. Meski sudah memakai jaket ganda, tetap saja kulitku menggigil merasai dingin. Kalau dilihat dari informasi di internet, suhu udara saat ini sekitar 5 derajat celcius. Tidak seperti diriku yang baru pertama kali datang ke Jepang, mas Febry sudah ke sekian kalinya datang ke negeri ini. Jadi baginya, perjalanan kali ini tidaklah terlalu istimewa. Ia sudah pernah tinggal 5 tahun lamanya disini untuk menempuh studi S2 dan S3-nya, jadi kelihatannya hal ini sudah biasa baginya.

Sambil terus berjalan mengikuti mas Febry, aku tak berhenti terpesona (kalau tidak mau disebut nggumun) dengan suasana sekitar stasiun Ueno. Sepanjang kaki melangkah, aku seperti orang kebingungan, tengok kanan tengok kiri, seolah tak ingin melewatkan segala penjuru pemandangan yang tak biasa ini. Dan memang benar adanya, ini pertama kalinya aku pergi ke salah satu negeri yang aku impikan.

Ueno Station Park
Sesaat keluar dari Ueno Station, Tokyo

kondisi jalanan di Jepang
Potret kondisi jalanan di Jepang dari atas jembatan

Sebelum pergi ke hotel tempat kami akan bermalam selama seminggu, kami terlebih dahulu pergi ke kantor pos. Ada paket yang harus dikirim oleh mas Febry untuk diberikan ke seorang temannya yang sedang menjalani studi di Jepang. Satu kardus besar berisi oleh-oleh dari Indonesia.

Kantor Pos Jepang
Kantor Pos di Jepang

Lima tahun menempuh studi di Jepang membuat mas Febry sudah cukup terbiasa berkomunikasi dengan orang lokal. Proses mengirim paket melalui kantor pos pun berjalan lancar. Sambil menunggu, aku duduk di kursi memandangi orang-orang yang sedang mengirim paket. Mereka terlihat bercakap-cakap menggunakan bahasa lokal, aku hanya memperhatikan, menikmati saja pemandangan yang tak biasa ini.

Setelah selesai dengan urusan di kantor pos, kamipun bergegas menuju hotel. Dengan bantuan aplikasi google maps, kami berhasil menemukan hotel yang kami cari. Hotel Marutani, begitulah namanya. Sebelumnya, kami sudah mem-bookingnya lewat aplikasi Traveloka.

Agenda Hari Pertama : ke Machida

Karena proses check-in dimulai pukul 12.00, maka kami tak bisa langsung masuk ke kamar hotel. Kami hanya bisa menaruh koper saja. Kondisi udara sangat dingin, jadi tak masalah tidak sempat mandi pagi ini, toh kami juga tidak keringetan. Cukup dengan sikat gigi dan cuci muka, kami bersiap dengan agenda hari ini.

Jadi kali ini kami akan berkunjung ke sebuah perusahaan yang berlokasi di daerah Machida. Untuk bisa kesana, kami menggunakan kereta KRL yang berangkat dari stasiun Okachimachi dan nanti turun di stasiun Tamasakai. Di dalam kereta ini kami bertemu dengan salah seorang rekan kami berkewarganegaraan Jepang yang bekerja di perusahaan kami di Indonesia. Namanya Emoto, kami biasa memanggilnya Emoto-san. Hampir 2 tahun ini, ia menjadi salah satu konsultan direksi kami. Iapun ikut dalam bisnis trip kali ini, meski kami berangkat dengan jadwal yang berbeda.

naik kereta di Jepang
Kami berada persis berada di belakang kabin masinis

Yang menarik dari perjalanan kereta kali ini adalah masinisnya yang seorang perempuan. Tentu saja hal ini jarang sekali kami temui di Indonesia. Perhatikan foto di bawah ini.

Masinis Perempuan di Jepang
Masinisnya seorang perempuan

Kami turun di stasiun Tamasakai. Berbeda dengan situasi di stasiun Okachimachi yang selalu sibuk dan ramai, di stasiun Tamasakai kondisinya sangat sepi. Ah, jadi ingat dengan stasiun Ngrombo di Grobogan Jawa Tengah.

Stasiun Tamasakai Japan
Stasiun Tamasakai

Setelah beberapa saat keluar dari stasiun, 2 orang dengan perawakan Jepang tampak keluar dari mobil. Mereka terlihat tersenyum dan menghampiri Emoto-san. Ternyata mereka adalah perwakilan dari perusahaan yang akan kami kunjungi. Mereka bertugas menjemput kami. Kami diminta masuk ke dalam mobil, dan dalam beberapa menit kami sudah sampai di lokasi yang dituju.

Berkunjung ke Tamasakai Jepang
Karena malu, mukanya ditutup ya

Sekitar 2 jam kami melakukan kunjungan ke perusahaan di Machida ini, hingga tak terasa waktu sudah hampir sore. Kamipun menyudahi kunjungan. Saatnya kembali ke Tokyo. Kali ini kami memilih berjalan kaki dari lokasi menuju ke stasiun Tamasakai. Jaraknya tidak terlalu jauh sih, namun udara di sore hari itu benar-benar dingin. Apalagi pas kalau angin berhembus cukup kencang. Brrrrrr.....r. Dingin banget.

Setelah berjalan sekitar 15 menit, kami sampai di stasiun Tamasakai. Perjalanan dilanjut dengan menggunakan kereta KRL menuju stasiun Okachimachi, Tokyo.

Mencari Makan Malam

Salah satu tantangan bagi seorang muslim di negara mayoritas non muslim adalah soal makanan halal. Tak banyak warung atau restoran yang menyediakan makanan halal disini, meskipun Jepang adalah salah satu negara yang cukup ramah terhadap muslim. Sebenarnya bisa aja sih kami mencari-cari di internet lokasi restoran halal di Tokyo, namun biasanya harganya lebih mahal dan lokasinya yang mungkin jauh dari hotel kami.

Setibanya di Okachimachi station, kami mampir di daerah yang banyak menjual makanan. Banyak sekali jenis makanan yang dijual, namun kami harus berhati-hati karena susah mencari logo halal di warung-warung yang berjejer rapi di sepanjang jalan. Cara paling aman adalah mencari sea food atau sushi. Akhirnya kami masuk ke salah satu warung yang menjual sushi. Mas Febry memesan sushi, sedangkan aku memilih nasi sea food. Aku lupa harganya, mungkin sekitar 80 ribuan. Harga makanan di Tokyo bisa dibilang lumayan mahal. Sekali makan, rata-rata antara 60-150 ribu rupiah tergantung semewah apa menunya.

Nasi sea food ala Jepang
Nasi sea food pesananku

Cerita di hari pertama ini aku hentikan pada kisah nasi sea food yang lebih mirip nasi goreng.

To be continued ...


Minggu, 20 Oktober 2019

0 Singgah Warkop #1 : Kopi Kakak

"Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya"
-Filosofi Kopi, Dee Lestari

Aku lupa kapan dimulainya. Mungkin sekitar beberapa bulan yang lalu, aku dan dua orang sahabatku yakni mas Roy dan Elkaha berkunjung ke tempat ngopi. Kami memang sama-sama penggemar kopi dan ingin mencoba tempat ngopi yang asyik dan enak di seluruh Madiun. Sebenarnya hingga saat ini sudah beberapa tempat ngopi yang kami kunjungi, namun belum sempat kubahas di blog ini. Nah, mulai sekarang aku akan mencoba me-review tempat-tempat ngopi yang asyik tersebut.

Kali ini aku akan ngobrolin salah satu tempat ngopi yang beberapa waktu yang lalu aku kunjungi yaitu Kopi Kakak. Yuk kita bahas.

Dari Segi Lokasi

Berlokasi di sebelah selatan Alun-alun Madiun, cafe Kopi Kakak menyajikan tempat ngopi kekinian yang keren dengan taman yang cukup luas. Tempatnya benar-benar instagramable banget. Cocok banget buat kamu yang ingin pergi ke tempat ngopi, namun juga ingin share aktivitas ngopi kamu di instagram.

Lokasi Kopi Kakak Madiun
Luas banget ya . .

Kalau dilihat seksama, sebenarnya lokasi ini persis berada di depan rumah tua peninggalan zaman pemerintah Hindia Belanda. Kalau dibaca sejarahnya, rumah bersejarah ini merupakan rumah dinas Kapitan Cina yang dulunya bertugas menarik retribusi kepada orang-orang Cina yang berdagang di Madiun.

Entah bagaimana ceritanya, rumah tersebut terlihat masih eksis hingga sekarang. Tak ada yang meruntuhkannya, dan merubuhkannya. Dan saat ini, dengan tetap mempertahankan bentuk rumahnya, bagian depan dan halaman rumah itu sudah direnovasi dan disulap sedemikian rupa hingga menjadi tempat ngopi kekinian yang bagus banget. Keren ya?

Ngopi di Kopi Kakak
Kopi Kakak saat kondisi ramai

Review Kopi Kakak Madiun
Lokasi berada di depan bangunan bersejarah

Suasana ngopi di depan bangunan tua terlihat elegan ditambah dengan sinar lampu warna jingga. Terlihat menawan. Lokasi warung kopinya berada di dekat pohon besar yang berada di tengah-tengah taman. Untuk memesan kopi, pengunjung bisa datang ke warung tersebut kemudian dicatat nama dan pesanannya oleh pelayan. Bila kopi sudah siap, akan dipanggil dengan pengeras suara. Pengunjung diminta mengambil sendiri kopi tersebut untuk dibawa ke meja.

"Hidup ini seperti secangkir kopi, dimana pahit dan manis bertemu dalam kehangatan".

Menu

Kopi Kakak menyajikan berbagai varian kopi yang bisa kamu pilih. Ada kopi original hingga kopi dengan campuran rasa-rasa seperti susu, caramel dan Oreo. Jika kamu tidak terlalu suka kopi, kamu juga masih bisa menikmati acara ngopimu bersama teman dengan memesan Ice Tea atau Freshmilk. Semua menu minuman tadi dibandrol dengan harga mulai dari 5K hingga 20K.

Menu di Kopi Kakak
Varian Menu Kopi Kakak

Kamu tidak akan menemukan menu makanan berat di Kedai Kopi Kakak. Hanya ada beberapa varian snack sebagai teman ngopi kamu.  Ini menjadi sedikit dilema bagi kami yang ingin ngopi selepas pulang kerja. Pada jam-jam itu, jelas kami berada di kondisi perut kosong.

Ceritaku

Malam itu aku dan kedua sahabatku, mas Roy dan Elkaha datang ke kedai Kopi Kakak selepas pulang kerja. Mengetahui bahwa di kedai Kopi Kakak tidak menyediakan makanan berat, maka kami punya ide untuk beli dulu makanan berat dari luar untuk dibawa ke tempat ngopi. Eh boleh ndak sih? Ah itu urusan nanti.

Dan makanan berat yang kami pilih adalah nasi padang. Waaaaa... gokil! ngopi ditemani nasi padang. 

Sesampainya ke lokasi, pertama-tama aku agak bingung dengan lokasi parkirnya. Setelah beberapa menit melihat-lihat lokasi, akhirnya baru tahu lokasi parkir kendaraan berada di sebelah barat kedai Kopi Kakak. Area parkir yang disediakan rupanya cukup luas. Selepas memarkir motor, aku masuk ke area kedai Kopi. Rupanya mas Roy sudah datang duluan, aku dan Elkaha dengan seonggok nasi padang segera menghampirnya. Kamipun segera memesan minuman.

Mas Roy memilih Kopi Kakak Original, sedangkan aku dan Elkaha memilih Tante Oreo (Kopi Susu + Oreo Crumble + Vanilla). Selain kopi, kami juga memesan Lemon Tea Ice (sebagai penawar). Sebenarnya aku ingin memesan air mineral, tetapi sepertinya tidak tersedia di kedai ini.
kopi kakak madiun
Pesananku, Tante Oreo

Setelah pesanan kopi dan lemon tea datang, tidak peduli dengan tatapan aneh pengunjung lainnya, kamipun langsung menyantap nasi padang yang tadi dibawa. Meski begitu, kami juga tak ingin pengunjung lainnya berpikir mereka bisa memesan nasi padang di kedai kopi ini.

Trio kopiers bersama nasi padang

Bersama kopi, pembicaraan memang seperti tak akan berakhir. Sambil menikmati kopi, kami membincang segala hal yang menarik. Tak terasa, waktu terus berputar, sudah sekitar 1,5 jam kita berada di kedai kopi ini. Semakin malam, jumlah pengunjung rupanya semakin banyak. Jumlah kursi yang disediakan tak lagi bisa menampung jumlah pengunjung yang hadir. Melihat jumlah pengunjung yang semakin banyak, akhirnya kami menyudahi moment ngopi Trio kopiers kali ini.

Selalu nantikan ya! cerita-cerita seru kami yang lainnya. Tentunya dalam seri 'Singgah Warkop' di blog ini. See u...  

"Untuk hati yang patah, segeralah merekah. Untuk jiwa yang sepi, segeralah minum kopi".   

Sabtu, 12 Oktober 2019

0 Jalan-jalan ke Bogor si Kota Hujan

Bogor, seumur hidup seingat saya baru sekali saja berkunjung ke kota ini. Saya ingat, saat itu baru saja lulus kuliah dan harus pergi ke Jakarta karena ada panggilan wawancara pekerjaan. Kesempatan itu saya gunakan juga untuk pergi ke Bogor, mengunjungi salah satu sahabat disana. Dan kemarin, saya kembali bisa berkunjung ke kota ini lagi. Maka, inilah kunjungan kedua kalinya bagi saya ke Bogor. Kota seribu angkot.

"Setiap perjalanan itu selalu unik dan membawa ceritanya sendiri. Alangkah sayang jika cerita itu tidak diabadikan. Suatu saat, entah kapan itu, kita akan bisa menikmatinya kembali. Lembar kenangan yang tak hilang.".
--inspirasi coffee

Workshop Internasional Battery Lithium, inilah acara yang akan saya kunjungi. Lokasinya berada di daerah Sentul, tepatnya di Hotel Aston, Sentul, Bogor. Kali ini saya tidak sendiri, ada sahabat saya Luqman Khoirul Huda (nama bekennya Elkaha) yang sama-sama menghadiri acara ini. Workshop ini bisa dibilang kelanjutan dari acara seminar dan pameran Indonesia Electric Motor Show yang digelar pada bulan September kemarin di Balai Kartini, Jakarta. Terkait acara itu, saya juga sudah menulisnya di postingan Mobil Listrik, Mobil Masa Depan.

Nah seperti apa cerita keseruan kami menghadiri acara itu? yuk terus simak tulisan ini.


Naik KRL Jakarta - Bogor

Untuk bisa ke kota Bogor dari kota asal kami di Madiun, maka kita harus pergi ke Jakarta terlebih dahulu. Dari Jakarta kemudian kita bisa naik KRL atau pesan Grab/Go-Car menuju ke Bogor. Kalau pakai Grab/Go-car langsung dari Jakarta ke Bogor sepertinya akan mahal sekali. Maka pilihan paling efisien yang bisa diambil adalah dengan naik KRL. Selain murah, KRL juga lebih cepat dibandingkan naik mobil. Dari stasiun Tebet Jakarta menuju ke Stasiun Bogor dengan KRL dapat ditempuh hanya dalam waktu 1,5 jam saja.

KRL Jakarta Bogor
KRL Jakarta - Bogor

Untuk bisa naik KRL, saya memanfaatkan e-money sebagai metode pembayaran. Jika tidak memiliki e-money, anda bisa membeli kartu THB atau tiket harian berjangka yang berlaku 1 hari di mesin-mesin yang sudah disediakan di stasiun. Namun agar tidak ribet dengan pembelian THB ini setiap kali menggunakan KRL, lebih baik kalau kita memiliki e-money. Apalagi sekarang e-money sudah sangat mudah didapatkan di minimarket. Selain KRL, kita bisa menggunakan e-money untuk pembayaran busway, tol dan keperluan yang lainnya.

Stasiun Bogor
Tiba di Stasiun Bogor

Akhirnya setelah sekitar 1,5 jam perjalanan, kami sampai juga di kota Bogor. Sesampainya di stasiun bogor, kami segera keluar lokasi stasiun dan memesan Grab untuk pergi ke hotel Aston Sentul (tempat workshop diadakan).


Hari Pertama di Sentul, Bogor

Teknis acara workshop tidak akan saya bahas dalam tulisan ini, karena saya lebih suka menulis hal yang berhubungan dengan pengalaman baru dan hal-hal unik lainnya yang sifatnya bukan teknis pekerjaan. Seperti botol unik yang disajikan dalam acara workshop tersebut.

botol minum dari kaca eco-green
Botol Tempat Minum Unik dari Kaca 

Acara workshop di hotel Aston, Sentul berlangsung selama 2 hari. Artinya, kami harus menginap 1 malam. Sayangnya, meski acaranya berada di hotel Aston, tetapi akomodasi penginapan belum termasuk ketika kami membayar biaya workshopnya, sehingga kami harus mencari penginapan sendiri. Setelah mencari-cari hotel yang cocok dengan budget kami, akhirnya kami memilih hotel Grand Mulya Bogor dengan alasan lokasinya tidak terlalu jauh dari lokasi workshop.

Hari pertama workshop berjalan dengan cukup lancar. Sore hari sekitar jam 5, acara workshop di hari pertama selesai. Kami harus menuju hotel untuk menginap dan istirahat. Beruntungnya ada rekan kami yang kebetulan juga berkunjung di hotel Aston dan menawarkan tumpangan mobil menuju hotel. Alhamdulillah, apalagi kondisi sedang hujan deras sore itu.
Hujan Deras di Kota Bogor
Hujan Deras Mengguyur Bogor

Namun, Ada kejadian unik dan ngeselin saat menuju hotel tersebut.

Menginap di Hotel Grand Mulya Bogor

Ceritanya kami sudah memesan tiket hotel melalui Traveloka, sehingga praktis kami tinggal pergi menuju hotel tersebut dan menunjukkan bukti pembayaran ke resepsionis hotel.

Waktu itu langit sudah gelap, jarum di jam tangan menunjukkan sudah mendekati waktu Isya. Mobil kami terus bergerak menuju hotel Grand Mulya berdasar titik lokasi sesuai alamat yang tertera di bukti pembayaran Traveloka. Hujan deras masih saja mengguyur kota Bogor. Mobil kami terus menerobos lebatnya hujan.

Ketika mobil kami sudah dekat dengan lokasi hotel, naas sekali kami tersesat. Alamat yang ditunjukkan sama sekali tidak menuju ke arah hotel. Mobil kami malah menuju ke jalan yang ujungnya makin menyempit, makin gelap dan kurang meyakinkan sebagai jalan masuk menuju Hotel. Usut punya usut, ternyata terdapat ketidakcocokan antara alamat yang tertera di Traveloka dengan Google Maps. Dan ketika kami menanyakan alamat hotel tersebut ke warga setempat, ternyata mereka juga tidak tahu. Whatt...!

Setelah beberapa kali salah jalan, akhirnya kami berhasil menemukan lokasi hotelnya. Alhamdulillah. Ternyata hotelnya megah gaes!. Saya heran kenapa hotel semewah ini alamatnya susah dicari ya.

Hotel Grand Mulya Bogor
Hotel Grand Mulya Bogor
Hotel Grand Mulya Bogor
Hotel Grand Mulya Bogor

Hari Kedua, Good Bye Sentul, Bogor

Setelah menginap di Grand Mulya yang cukup mengesankan, akhirnya kami kembali ke Hotel Aston untuk melanjutkan workshop di hari kedua. Tidak seperti di hari pertama, di hari kedua ini selain acara inti, semua peserta berkesempatan untuk diajak jalan-jalan ke beberapa lokasi menarik di Bogor antara lain Istana Kepresidenan dan Bogor Botanical Garden.

Sebenarnya kami tidak terlalu tertarik dengan kunjungan itu, yang menarik bagi kami adalah lokasi Bogor Botanical Garden itu berada tidak jauh dengan Stasiun Bogor. Artinya, kita akan mendapat tumpangan gratis dari hotel Aston ke Stasiun Bogor. Nah, kita tidak perlu memesan Grab dari Hotel Aston, asyik kan? bolehlah kalian bilang kami sedikit oportunis.

Dari Bogor Botanical Garden, kami harus berjalan kaki sekitar 700 meter menuju Stasiun Bogor. Melewati jalan Kapten Muslihat, kami harus sedikit mempercepat langkah karena langit sudah mulai gelap, mendung. Langit siap memuntahkan air hujan.

Jalan Kapten Muslihat
Jalan Kapten Muslihat

Dan benar saja. Sekitar 200 meter dari stasiun Bogor, rintik hujan mulai terasa menyentuh kulit. Semakin lama semakin terasa tebal. Tidak ada pilihan lain, kami harus berlari. Tak bermaksud lebay, kecepatan lari kami rupanya berhasil mengalahkan kecepatan hujan jatuh dari langit. Kami berhasil sampai di jembatan penyebrangan sesaat sebelum ribuan rintik hujan menghantam bumi. Di stasiun Bogor ini, cerita ini kami akhiri. Selamat tinggal Bogor, si Kota Hujan. Dua hari disini, selalu diguyur hujan. Semoga suatu saat bisa berkunjung lagi, tentunya dengan pengalaman-pengalaman baru yang menyenangkan dan mengesankan. Bye.


Sabtu, 05 Oktober 2019

0 Mobil Listrik, Mobil Masa Depan

Tampilnya mungkin hanya 10 menit, namun semangatnya, pesan-pesan yang disampaikan, benar-benar meradiasi ke seluruh peserta yang hadir dalam seminar itu. Dari beberapa narasumber yang ditampilkan, dia terlihat menonjol dan paling bersemangat. Dia mendorong peserta yang hadir, khususnya anak-anak muda untuk senantiasa terus belajar dan meningkatkan kompetensi. Kreasi dan potensi anak-anak muda tentunya sangat dibutuhkan dalam membangun Indonesia terlebih lagi jika kita berbicara tentang mobil masa depan yaitu mobil listrik.

Berbicara tentang penelitian atau research mobil listrik, ini bukan hanya pekerjaannya BPPT, ini bukan hanya pekerjaannya universitas-universitas saja yang terlibat. Tapi lihatlah di luar sana, ada banyak sekali anak-anak muda dari berbagai pelosok nusantara yang peduli, mereka ingin sekali berkontribusi dan berkreasi. Ada sepotong kalimat pendek darinya yang menarik, disampaikan dengan nada datar namun tetap terkesan serius menggugah kesadaran kita semua.

'Apakah kita (generasi muda), hanya akan menjadi generasi unboxing?.'

Beliau adalah Ricky Elson, seorang pegiat mobil listrik Indonesia. Dia menggagas mobil listrik yang diberi nama Tucuxi dan Selo. Mobil listrik pertamanya yaitu Tucuxi pernah kecelakaan ketika diuji coba di turunan Sarangan, Magetan bersama dengan bapak Dahlan Iskan waktu itu. Namun, kecelakaan itu sama sekali tidak meruntuhkan semangatnya dalam mengembangkan mobil listrik. Sehari setelahnya, dia sudah sibuk mempersiapkan project baru dalam mengembangkan mobil listrik generasi berikutnya yaitu mobil Selo.

Seminar Ricky Elson tentang Mobil Listrik
Ricky Elson sedang memberikan Pemaparan Terkait Pengembangan Mobil Listrik

Pada tanggal 5 September 2019, dia hadir sebagai pembicara dalam seminar Indonesia Electric Motor Show 2019 yang digelar di Balai Kartini, Jakarta. Seminar ini digelar oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan mengundang semua stage holder untuk memberikan pemaparan. Diantara narasumber yang hadir, selain BPPT, ada Pertamina, PLN, Swasta, Universitas, dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Kesemuanya menyampaikan bagaimana persiapan mereka dalam menyongsong era mobil listrik.

Selain seminar, sebenarnya ada juga pameran mobil listrik dalam acara tersebut. Berikut ini adalah beberapa foto yang sempat aku abadikan,

Mobil Listrik Toyota Prius Phev
Mobil Toyota Prius PHEV


Toyota Prius sedang charging
Mobil Listrik Saat dilakukan Proses Charging


mobil
Mobil Listrik BYD yang dipakai oleh Taksi Blue Bird


Mobil Listrik Wuling E200
Mobil Wuling E-200


mobil listrik mitsubishi Outlander Phev
Mitsubishi Outlander PHEV


Motor Listrik Viar
Motor Listrik VIAR


Nah, dari mobil-mobil listrik diatas, mana mobil favoritmu?


Rabu, 02 Oktober 2019

2 Jalan Jalan ke Jepang Musim Dingin di Bulan Januari

Saya pernah menulis di blog ini sekitar dua tahun yang lalu, bahwasannya ada 2 negara di dunia ini yang berharap bisa saya kunjungi, yaitu Arab Saudi dan Jepang. Mengapa Arab Saudi? ya karena di negara tersebut terdapat dua kota istimewa nan suci yaitu kota Mekkah Al Mukaromah dan Madinah Al Munawaroh. Terkait keinginan berkunjung ke negara Arab Saudi, tentu jangan diniatkan untuk sekedar jalan-jalan saja, namun harus ada misi ruhiyah yang melatarinya yaitu menunaikan ibadah Umroh atau Haji.

Keindahan Negara Jepang
Keindahan Negara Matahari Terbit

Sedangkan keinginan pergi ke Jepang sendiri karena sejak lama saya sudah suka sekali segala hal tentang negara ini. Di beberapa dorama atau anime yang sering saya tonton, disitu sering diperlihatkan bagaimana keindahan budaya jepang, keelokan alamnya, kebersihan dan ketertiban kotanya, juga bagaimana keunikan makanan dan bahasanya. Bahkan ada yang menyebut bahwa negara Jepang dikatakan lebih islami lho bila dibandingkan dengan negara-negara mayoritas muslim yang lain. Oke, orang boleh berpendapat dong dan kita tentu harus menghargai pendapat tersebut.

Yang menarik lagi, kita sebagai muslim juga tidak terlalu kesulitan untuk mendapatkan makanan halal di Jepang. Kita bisa membandingkannya dengan negara Tiongkok yang sudah pernah saya bahas pada tulisan ini. Di Tiongkok, kita lebih susah mendapatkan makanan halal.

Berbagai hal tentang Jepang diatas, satu hal dengan hal yang lainnya saling mendukung dan melengkapi hingga menjadikan Jepang menjadi salah satu destinasi wisata terbaik di dunia. Itu pendapatku. Maka ketika ada kesempatan untuk berkunjung ke negara Jepang ini, saya pun menyambutnya dengan gembira.

keindahan alam dan budaya di Jepang
Jepang, salah satu destinasi wisata terbaik dunia

Mengenal 4 Musim di Jepang

Tidak seperti Indonesia yang hanya mengenal 2 musim saja yaitu musim Kemarau dan Penghujan, di Jepang terdapat 4 musim yang bergantian selama setahun yaitu musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut :
  • Musim Dingin
  • Musim dingin di Jepang biasanya dimulai pada bulan Desember hingga bulan Maret. Suhu udara bahkan bisa mencapai dibawah 0 derajat celcius. Meski suhunya terbilang ekstrim, namun para wisatawan pun ternyata cukup banyak yang ingin berkunjung ke negara ini dikarenakan mereka bisa menikmati keindahan salju yang turun di sebagian wilayah di negara ini.

  • Musim Semi
  • Musim Semi biasanya dimulai pada bulan Maret hingga bulan Juni. Suhu udara berkisar antara 5-18 derajat celcius. Karena kondisi suhu udara yang lebih bersahabat, biasanya banyak wisatawan yang memanfaatkan liburan ke Jepang pada musim semi. Di musim ini juga kita bisa menikmati indahnya bunga sakura yang selama ini menjadi ikon wisata Jepang.

  • Musim Panas
  • Musim panas diawali sekitar bulan Juni hingga bulan September. Suhu udara pada musim ini berkisar 26-34 derajat celcius. Untuk menarik wisatawan tetap tertarik berkunjung ke Jepang, biasanya terdapat berbagai festival kembang api yang memanjakan mata.

  • Musim Gugur
  • Musim gugur dimulai sekitar bulan September hingga bulan Desember. Ciri khas musim gugur adalah perubahan warna daun yang awalnya berwarna hijau berubah menjadi warna merah atau orange. Dan di akhir musim gugur pun, daun-daun itu akan mulai rontok dan berjatuhan ke tanah. Inilah penanda akan dimulainya musim dingin.

Berangkat ke Jepang pada Musim Dingin

Akhir bulan Januari 2019 kemarin saya berkesempatan untuk berkunjung ke Jepang. Bukan dalam rangka jalan-jalan sih, melainkan mendapat tugas kantor untuk bertemu dan berdiskusi dengan beberapa rekanan perusahaan di negeri sakura tersebut. Tentu saja di tulisan ini saya tidak akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan urusan kantor, tetapi lebih ke berbagi pengalaman tentang pertama kalinya saya ke Jepang. Yeaayy... ^_^

Nah, hal yang harus saya waspadai ketika berkunjung ke Jepang di musim dingin adalah perbedaan suhu yang cukup ekstrim. Bayangkan saja, di Indonesia rata-rata kita terbiasa dengan suhu hangat sepanjang tahun, berkisar 22-32 derajat celcius. Sedangkan di musim dingin Jepang, rata-rata suhu berada di kisaran 0-5 derajat celcius. Sedingin-dinginnya udara di pegunungan, kan juga tidak bisa mencapai 3 derajat celcius kan? Paling masih belasan derajat celcius. Maka dari itu, hal yang menjadi kekhawatiran saya saat itu adalah apakah tubuh saya cukup kuat dengan perubahan suhu yang drastis ini?

Pada tanggal 28 Januari 2019, saya berangkat ke Jepang dengan salah satu rekan di kantor. Kami berangkat memakai maskapai kebanggaan kita bersama, Garuda Indonesia.

Tampilan Display Entertainment Garuda Indonesia
Tampilan Display Entertainment Garuda Indonesia

Kami berangkat melalui Bandara International Soekarno Hatta pada pukul 23.40 WIB. Perjalanan Jakarta-Jepang memakan waktu sekitar 7 jam. Kami mendarat di Haneda International Airport sekitar pukul 8 waktu setempat. Perbedaan waktu antara Indonesia dan Jepang selisih 2 jam. Waktu di Jepang 2 jam lebih cepat bila dibandingkan waktu di Indonesia. Jadi bila saat ini kita berada di Indonesia pukul 10.00 WIB, maka di Jepang akan menujukkan pukul 12.00 waktu setempat.

Peta perjalanan Jakarta Jepang
Peta Perjalanan Jakarta-Jepang

Sesaat sebelum mendarat di Bandara International Haneda, sang Pilot memberikan informasi yang intinya sebentar lagi pesawat akan mendarat di bandara Haneda. Sang pilot menambahkan, bila suhu di permukaan bumi saat itu cukup dingin yakni sekitar 4 derajat celcius. Penumpang yang akan turun di bandara Heneda diharapkan bisa segera mempersiapkan diri untuk menyambut perbedaan suhu tersebut.

Sesaat kemudian, pesawat Garuda Indonesia landing dengan sangat mulus dan jadilah ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Jepang. Rasanya benar-benar luar biasa. Suhu udara yang dingin, suasana yang cukup berbeda menjadikan kesan yang sangat mendalam. Momen yang selama ini saya idam-idamkan dan akan menjadi kenangan manis selama hidup saya.

Tiba Di Jepang

Pada tanggal 29 Januari 2019 pagi hari sekitar pukul 08.30 waktu setempat akhirnya kami mendaratkan kaki di bandara Internasional Haneda. Lokasi bandara Haneda sendiri berada cukup dekat dengan pusat kota Tokyo. Sesampainya di bandara kami terlebih dahulu melakukan proses imigrasi. Setelah proses imigrasi berjalan lancar, kami segera menuju ke tempat penukaran uang. Uang yang kami bawa masih berupa Dollar USD, kami perlu menukarkan ke uang Yen. Untuk kebutuhan sekitar 4 hari di Jepang, saya menukar uang 200 Dollar ke dalam uang Yen.

Selesai menukar uang, kami bergerak menuju stasiun kereta yang juga berada di kawasan bandara ini. Ada 2 jenis kereta yang menuju ke daerah Tokyo dari bandara Haneda, yaitu KRL dan Monorail. Kami memilih naik Monorail menuju Ueno Station di Tokyo.

Tiba di bandara Internasional Haneda Jepang
Selepas Mendarat, Melihat-lihat Pesawat Stabling

Oh iya, untuk bisa naik kereta di Jepang, kita harus memiliki kartu/card yaitu Suica atau Pasmo. Baik Suica atau Pasmo Card bisa kita dapatkan di beberapa titik mesin yang tersedia di dekat stasiun kereta bandara. Kita perlu memasukkan uang Yen di mesin untuk kemudian ditukar dengan kartu Suica dengan nilai saldo yang sesuai dengan nilai yang kita inputkan. Kali ini saya memilih kartu Suica, alasannya sederhana karena rekan saya sudah memiliki kartu Suica dan dipinjamkan ke saya. Saya hanya perlu input saldo saja.

Kartu Suica untuk Naik Kereta di Jepang
Kartu Suica

Setelah mengisi saldo kartu Suica, kami segera menuju stasiun kereta Monorail yang berada di kawasan bandara ini juga. Tujuan kami adalah stasiun Ueno yang berada di daerah Tokyo.

Japan Monorail
Menanti Kereta Monorail


Yang menarik dari perkeretaapian di Jepang adalah jadwalnya yang selalu on-time. Jadi jadwal keberangkatan kereta itu bisa dipastikan. Sebagai penumpang, kita dapat memanfaatkan situs www.hyperdia.com untuk mengetahui jadwal keberangkatan tiap-tiap kereta dari seluruh lokasi di Jepang.

Situs Hyperdia untuk Jadwal Kereta Jepang
Hyperdia untuk Melihat Jadwal Kereta

Hyperdia for Japan Train Schedule
Salah Satu Tampilan Hasil Search Jadwal Kereta

Menuju Hotel

Sambil menunggu kereta Monorail datang, saya memilih duduk-duduk sambil melihat-lihat suasana sekitar. Beberapa orang perawakan Jepang juga terlihat sedang menunggu kereta. Jarak antara Haneda dengan Ueno tidak terlalu jauh. Dengan menggunakan monorail mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya kereta Monorail yang kita tunggu-tunggu datang juga. Yei.. saatnya menuju hotel.

Tokyo Monorail di Bandara Haneda


Eh ngomong-ngomong, ini pertama kalinya saya naik Monorail lho! Sebenarnya kalau sudah naik ke dalam kereta sih, rasanya ya sama saja. Entah itu Monorail, KRL, LRT, ataupun kereta penumpang biasa. Namun sensasi naik kereta di Jepang inilah yang membuatnya berbeda. Dilihat dari interiornya berbeda, banner/iklannya berbeda, orang-orang di dalamnya pun juga berbeda.

sensasi naik kereta monorail di Jepang
Kondisi orang-orang di dalam kereta Monorail


Monorail melaju dengan kecepatan sedang. Pandanganku aku lempar ke luar jendela, melihat kondisi jalanan di jepang. Tidak banyak mobil yang terlihat di jalanan, karena orang-orang Jepang lebih suka berjalan kaki atau naik kendaraan umum. Berbeda dengan di Indonesia dimana orang-orang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi. Maka tak heran kita bisa melihat kemacetan yang luar biasa di kota-kota besar di Indonesia, khususnya di ibu kota Jakarta.

Stasiun Ueno Tokyo Japan
Stasiun Ueno, Tokyo

Setelah sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di stasiun Ueno, daerah pusat kota Tokyo. Cerita di negeri Sakura inipun dimulai.

To be continued ...




 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates