Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Selasa, 25 Desember 2018

0 Sepenggal Kisah Perjalanan ke Kota Shenzhen China : Bagian 4

Kisah sebelumnya di Perjalanan ke Shenzhen Bagian 3.

Selesai menyantap makan siang, kami kembali ke hotel. Berdasarkan rencana agenda yang sudah kami buat sebelumnya, sebenarnya siang ini kami harus langsung berdiskusi secara teknis dengan Rainbow dan Mr. Liu. Namun karena kondisi tubuh kami yang sudah terasa sangat capek, akhirnya kami mengubah waktunya. Kami geser agenda rapat itu ke waktu sore atau mungkin malam harinya. Siang ini, kami ingin istirahat terlebih dahulu di hotel. Melepaskan penat dan menghilangkan jet lag setelah melewati perjalanan yang cukup panjang. Tanpa protes sedikitpun, Rainbow dan Mr. Liu setuju dengan ide dari kami. Sepertinya mereka paham betul dengan kondisi kami. Yah, kami memang merasakan lelah dan butuh rehat sejenak.

Berkunjung ke Kantor Rainbow

Kami memanfaatkan waktu rehat ini dengan sangat baik. Mandi, ngopi-ngopi, dan bersantai-santai sambil menonton TV sepertinya menjadi pilihan yang tepat untuk menyegarkan pikiran. Namun sepertinya kita tidak bisa menikmati tayangan TV ini dengan baik. Tayangan TV di semua channel berbahasa mandarin dan hampir semuanya tanpa subtitle. Kita tak mengerti sedikitpun apa yang mereka bicarakan. Hanya bisa mengira-ngira dari aksi atau gerak tubuh mereka saja. Di tengah acara santai-santai itu, sekitar pukul 4 sore Rainbow tiba-tiba mengirim pesan lewat aplikasi Wechat. Ia menanyakan apakah kita sudah siap untuk dijemput?

Sore ini memang rencananya kita akan berkunjung ke kantor Rainbow untuk berdiskusi teknis tentang permasalahan yang kita hadapi di tanah air. Perlu diketahui bahwa perusahaan tempat Rainbow bekerja ini adalah perusahaan yang mensuplai komponen ke perusahaan kita di Indonesia. Saat ini ada kendala teknis terhadap komponen tersebut sehingga tidak dapat beroperasi normal. Karena itulah kita perlu menanyakan dan berdiskusi langsung dengan engineer mereka. Normalnya memang engineer mereka yang semestinya berkunjung ke Indonesia, namun karena terkendala pembuatan Passport dan Visa, akhirnya kami yang terpaksa harus datang ke Shenzhen ini.

Dengan menggunakan mobil, kami berempat mulai bergerak ke daerah Shajing, lokasi dimana kantor Rainbow berada. Sekitar 20 menit perjalanan akhirnya kami sampai juga di lokasi kantor Rainbow. Kantornya berada di komplek pertokoan. Menempati lantai 2 di gedung yang sepertinya ditempati oleh beberapa perusahaan yang berbeda. Setelah masuk ke dalam kantor, kami langsung disambut oleh beberapa karyawan yang bertugas sebagai resepsionis. Bisa dibilang perusahaan ini masih tergolong perusahaan startup. Jumlah karyawannya sedikit, mungkin hanya puluhan orang saja. Jumlah engineernya hanya sekitar 4 orang saja. Tetapi yang saya salut adalah keberanian mereka dalam mengembangkan sebuah teknologi dan memasarkan bahkan hingga ke manca negara. Meskipun pada akhirnya terdapat beberapa kendala teknis dari produk mereka, tentu itu sudah menjadi hal yang biasa serta menjadi pelajaran yang baik bagi mereka.

Kami merasa senang karena mereka menyambut kami dengan sangat ramah. Kami diperkenalkan dengan beberapa engineer mereka dan kemudian terlibat diskusi teknis yang sangat menarik. Saking menariknya, tak terasa diskusi berlangsung cukup panjang hingga larut malam. Sekitar pukul 10.00 malam, diskusi akhirnya dihentikan. Kami kemudian diantar kembali menuju hotel untuk beristirahat. Diskusi memang masih jauh dari kata selesai. Setidaknya kami masih ada 2 hari untuk melanjutkan diskusi dengan mereka.

Demikian cerita hari pertama kami di Shenzhen. Alhamdulillah semua kegiatan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana awal. Kamipun bisa tidur dengan pulas.

kisah perjalanan ke shenzhen China
Santai dulu sebelum tidur

Aktivitas Pagi Hari di Hotel

Hari kedua di Shenzhen tidak banyak peristiwa menarik yang bisa diceritakan. Malam hingga pagi hari kebanyakan aktivitas berada di hotel. Dimana pagi hari kami menikmati sarapan, kemudian siangnya kami pergi ke daerah Shajing untuk bertemu dan berdiskusi dengan Rainbow, Mr. Liu dan engineernya. Dan ketika malam hari (selepas Magrib), kami kembali ke hotel untuk kemudian bersantai atau nonton TV hingga waktu tidur tiba.

Meski begitu, ada beberapa hal-hal menarik yang bisa saya ceritakan disini.
  • Sarapan
  • Di hotel tempat kami menginap memang sudah disediakan fasilitas sarapan. Tetapi ini di China gaes! tetap saja tidak ada yang menjamin bahwa makanan yang dihidangkan itu halal. Maka untuk menghindari masuknya makanan-makanan yang tidak halal ke dalam tubuh, saya lebih memilih untuk makan bubur instan setiap pagi. Sebelum berangkat ke China, memang sudah dipersiapkan beberapa makanan instan untuk antisipasi ketika susah menemukan makanan halal di China. Dan alhamdulillah, bermanfaat sekali dalam kondisi-kondisi seperti ini.

    Bubur Instan Halal

    Beruntung juga pagi hari itu juga saya bisa makan salad. Jadi ceritanya kemarin malam saat menyantap makanan di KFC, saya masih sempat untuk membawa pulang salad yang tidak habis saya makan. Alhamdulillah bisa saya jadikan tambahan menu sarapan pagi.

    Sarapan dengan mengkonsumsi Salad
    Sarapan Salad

    Meski saya sudah sarapan bubur sekitar pukul 07.00 pagi, biasanya mas Anang masih mengajak saya untuk menikmati sarapan di hotel pada pukul 09.00. Kami masih bisa memilih menu yang aman untuk dikonsumsi seperti berikut ini.

    sarapan halal di hotel China
    Ambil menu buah saja
    cara mencari sarapan halal di china
    Atau menu telur, ubi dan jagung

    Nah, lezat kan? tidak harus makan makanan yang haram atau syubhat untuk menikmati makanan.

  • Ngopi
  • Konon, ada satu pepatah lama yang sangat terkenal bagi para penikmat kopi,
    "Jangan sampai kerjamu mengganggu ngopimu"

    Untuk tetap bisa menikmati kopi di luar negeri, saya sudah mempersiapkan beberapa kopi instan yang saya bawa dari Indonesia. Di hotel juga sudah disediakan sebuah teko yang bisa dipakai untuk memanaskan air. Maka, untuk membuat sebuah kopi yang enak, tinggal beberapa menit diracik, secangkir kopi panas sudah siap untuk dinikmati (disruput).

    Ngopi di China
    Jangan lupa untuk ngopi

    Jadilah seperti kopi, yang tetap dicintai meski tanpa harus menyembunyikan pahitnya diri.


  • Tayangan TV
  • Bisa dibilang menonton TV menjadi aktivitas paling banyak dilakukan ketika kita sedang berada di kamar hotel. Namun sayangnya hampir semua channel yang kami pilih, jarang sekali ada subtitle berbahasa Inggris-nya. Maka, ketika ada satu channel yang tersedia subtitle berbahasa Inggris seperti foto di bawah ini, menjadi sebuah kesenangan tersendiri. Saat nonton, saya pun bisa larut di dalam ceritanya.
    nonton film drama China tanpa subtitle
    Nonton film pendekar

Demikian beberapa aktivitas saya di hotel selama dua hari di China. Nah, memasuki hari ke-3 kami punya agenda yang spesial. Agenda apa itu?

To Be Continued...




Sabtu, 15 Desember 2018

0 Sepenggal Kisah Perjalanan ke Kota Shenzhen China : Bagian 3

Kisah Sebelumnya di : Bagian 2.

Kapal Ferry terus bergerak, perlahan namun pasti semakin menjauh dari pelabuhan Hongkong. Saya pun masih asyik menatap keluar. Dari balik jendela yang sedikit buram ini, sejenak menikmati pemandangan sejuknya air laut. Sederhana memang, tapi saya menikmatinya. Langit terlihat sedikit mendung, sepertinya sebentar lagi akan memuntahkan jutaan rintik hujan. Ini akan menjadi hujan pertama saya di luar negeri. Syahdu.

Beberapa saat lagi, kami akan tiba di pelabuhan Fuyong. Pelabuhan Fuyong adalah satu diantara beberapa pelabuhan yang berada di wilayah Shenzhen. Kami memilih tujuan pelabuhan Fuyong karena pelabuhan inilah yang paling dekat dengan bandara international Bao'an. Dari bandara, pada awalnya kami akan naik Metro menuju stasiun Tangwei, di wilayah Shajing. Karena di stasiun itulah, rencananya kami akan dijemput oleh rekan kami dari China. Namun lewat aplikasi WeChat, rekan kami dari China tersebut mengabarkan bahwa mereka akan menjemput kami di pelabuhan Fuyong. Alhamdulillah, tentu ini menjadi kabar baik. Setidaknya kami tidak perlu capek-capek harus naik Metro sambil membawa koper.

Pelabuhan sudah semakin dekat. Kapal mulai merapat perlahan ke sisi Dermaga Fuyong. Kami pun bersiap-siap turun dari kapal. Dermaga Fuyong terlihat cukup sepi. Hanya beberapa petugas dermaga yang sibuk mengikatkan tali ke beberapa sisi bagian kapal. Juga beberapa petugas lainnya yang terlihat sibuk menurunkan koper-koper penumpang kapal yang sebelumnya diambil langsung dari pesawat.

Tiba di Pelabuhan Fuyong, Shenzhen

Setelah kapal berhenti, saya bergegas turun dari kapal. Sambil berjalan, saya membaca petunjuk di papan informasi yang terpasang di beberapa sisi dermaga yang mudah terlihat. Saya langsung paham bahwa saya harus menuju ke bagian pengambilan koper. Dengan menunjukkan tiket kapal Ferry, kami diizinkan mengambil koper. Karena petugasnya juga tidak bisa berbahasa Inggris, kamipun juga nyaris tidak menggunakan komunikasi dengan kata-kata. Selama kita memiliki dan menyimpan tiket kapal Ferry, maka prosedur pengambilan koper ini bisa dilakukan dengan mudah dan sederhana.

Setelah mengambil koper, kami langsung menuju ke bagian imigrasi China. Bagian imigrasi memang sering menjadi momok bagi sebagian orang. Karena bagian ini menjadi bagian paling vital menentukan apakah kita diizinkan masuk ke negara tersebut atau tidak. Dengan kata lain, bagian imigrasi ini juga yang menentukan apakah kita bakal dideportasi atau tidak. Wah, serem ya?

Proses imigrasi berlangsung dengan lancar. Dalam proses imigrasi, seperti biasa kami disuruh memberikan sidik jari dan dilakukan pengambilan foto untuk dicocokkan dengan dokumen Passport dan Visa. Alhamdulillah, akhirnya kami secara resmi memasuki wilayah kedaulatan Republik Rakyat Tiongkok tanpa hambatan apapun. Sesaat langkah kami keluar dari pintu keluar imigrasi, dua orang dengan perawakan khas China menghampiri kami.

"Hello, are you Mr. Anang and Mr. Fifin?" tanya mereka dengan ramah.

"Yes, we are". Sambut kami bahagia.

Dari perawakannya, kami langsung mengenali salah satu dari mereka. Karena sebelumnya kami juga sudah melihat fotonya dari aplikasi Wechat. Mereka adalah orang-orang yang memang ingin kami temui. Ada keperluan bisnis dan teknis antara perusahaan kami dengan perusahaan mereka. Dari pelabuhan Fuyong, kami kemudian naik mobil menuju hotel. Setelah perjalanan yang sangat panjang, kami butuh segera beristirahat.

Masuk ke dalam mobil, kesan mewah langsung terasa. Kami menebak bahwa orang yang menjemput kami ini mungkin adalah orang top di perusahaannya. Dan benar saja. mereka ternyata adalah jajaran petinggi di perusahaan mereka. Beberapa kali kami terlibat percakapan kecil dengan mereka. Sayangnya hanya satu orang saja yang bisa berbahasa Inggris, sehingga hanya dengan dia satu-satunya kami bisa berkomunikasi. Bahkan hingga beberapa hari kedepan, dia menjadi translator berjalan kami. Namanya Rainbow. Sedangkan yang menyetir mobil namanya Mr. Liu. Beberapa saat kemudian kami menyadari bahwa Mr. Liu adalah sang pimpinan perusahaan, bos-nya Rainbow.

Hari Pertama di Shenzhen

Langit agak mendung, suasana teduh seakan menjadi keramahan kota ini menyambut kami. Mobil bergerak dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan China. Di sepanjang perjalanan kami sering terpukau dengan kondisi jalanan di Shenzhen. Cukup rapi dan kesannya agak berbeda saja dengan kondisi di tanah air. Gedung-gedung besar yang berjajar rapi menjadi pemandangan menarik di sepanjang perjalanan. Rintik hujan makin membesar, saya semakin menikmati perjalanan. Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar.

Sekitar 30 menit perjalanan akhirnya kami sampai di hotel yang berlokasi di daerah Shajing. Kami masuk ke area parkir, muter-muter sejenak mencari tempat parkir. Setelah menemukan tempat parkir yang kira-kira cocok, mobil pun berhenti, Rainbow dengan cekatan menawarkan payung kepada kami. Di luar rupanya masih hujan.

Hotel tempat kami menginap berada tepat menghadap jalur Subway. Mereka memilih hotel ini juga karena alasan tersebut, agar mudah bagi kami untuk pergi kemana saja. Hotel ini juga dekat dengan stasiun Subway (stasiun Tangwei). Tinggal berjalan sekitar 200 meter.

Berlatar rintik hujan, kami bergegas menuju Hotel. Saya sendiri agak sedikit kesulitan berjalan cepat, karena harus membawa koper yang lumayan besar. Setelah berjalan beberapa meter, kami sampai di Hotel. Seorang resepsionis dengan ramah menyapa kami. Rainbow mendekat ke meja resepsionis, langsung berbincang menggunakan bahasa China. Saya yang sebelumnya masih berdiri, memilih segera duduk di lobi. Tidak mengerti perbincangan mereka. Sambil menunggu, saya mengamati interior hotel ini. Lumayan bagus, pikir saya.

Hotel I Love City

Setelah agak lama berbincang, Rainbow terlihat memanggil kami. Meminta kami untuk memberikan dokumen Passport sebagai bukti identitas untuk didaftarkan sebagai syarat boleh menginap di hotel. Resepsionis dengan cekatan menerima Passport kami dan mencatatnya di komputer. Kamipun juga disuruh berdiri di depan kamera yang sudah disedikan, untuk diambil fotonya.

Setelah memenuhi persyaratan dari resepsionis, kamipun mendapatkan kartu akses kamar hotel. Rainbow mengatakan bahwa kamar kami berada di lantai 11. Kami bergegas menuju lift, bersimpangan dengan beberapa petugas kebersihan hotel yang dengan ramah menyapa kami menggunakan bahasa China. Dan lagi-lagi kami tidak mengerti bahasa mereka. Hanya bisa membalasnya dengan senyuman. Sejenak kemudian mereka pun sadar, kami orang asing.

Sesaat memasuki ruangan kamar hotel, Alhamdulillah ruangannya besar, bersih, rapi dan terkesan nyaman. Ada satu hal yang biasa saya cek ketika akan menginap di hotel, yaitu kondisi toiletnya. Setelah saya buka pintu toilet, alhamdulillah, toiletnya ternyata juga sangat bersih. Tidak kalah dengan hotel-hotel bagus lainnya.

Setelah meletakkan jaket, tas kecil dan koper, saya mendekati jendela. Di seberang hotel, terlihat jalur subway membentang lurus searah dengan jalan. Perbedaannya dengan jalur kereta api yang biasa, jalur subway ini dibangun elevated. Subway ini memiliki jalurnya sendiri, tidak digunakan bersama-sama dengan kereta pada umumnya. Relnya dibangun agak ke atas dengan ditopang oleh beberapa tiang beton penyangga.

Tepat jika kita memandang keluar jendela, ada jalur Subway

Waktu sudah semakin siang, Rainbow menawarkan untuk makan siang dulu sebelum membiarkan kami istirahat di hotel setelah melewati perjalanan panjang. Kami setuju. Perut sudah keroncongan. Namun sebelum berangkat, saya menjelaskan kepada Rainbow tentang persyaratan makanan halal yang bisa kami makan. Kami seorang muslim, maka hanya makanan yang halal yang bisa kami konsumsi.

To Be Continued...



Selasa, 11 Desember 2018

0 Quote Terbaik Tere Liye

Berikut ini adalah kumpulan quote-quote terbaik dari Tere Liye yang diambil dari karya-karya beliau baik dalam bentuk novel, maupun yang ia share di Facebook.

Quote Terbaik Tere Liye

  • Novel Pukat - Serial Anak-Anak Mamak
  • "Filosofi padi, Semakin berisi maka padi semakin menunduk. Artinya semakin merasa bisa harusnya semakin bisa merasa".
    Novel Pukat - Serial Anak-anak Mamak

  • Novel Tentang Kamu
"Mengenalmu adalah salah satu anugerah terbesar dalam hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan. Cintalah yang menemukan kita".
Novel Tentang Kamu - Tere Liye


  • Novel Hujan
    • "Kenangan itu sama seperti hujan. Ketika ia datang, kita tak bisa menghentikannya."

    Quote Novel Hujan - Tere Liye

  • Novel Pulang
  • "Kesetiaan terbaik adalah kesetiaan pada prinsip hidup.  Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan terbaik lainnya.

    Novel Pulang

  • Novel Rindu
  • "Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan pada saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan pada saat menemukan".
    Novel : Rindu

  • Novel Sepotong Hati yang Baru
  • "Ada seseorang di hidupmu, yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu".
    Novel : Sepotong Hati yang Baru

  • Novel Berjuta Rasanya
  • "Kau mungkin bisa selalu memberi tanpa sedikitpun memiliki cinta. Tapi kau tak akan bisa mencintai tanpa selalu memberi".
    Novel : Berjuta Rasanya





 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates