Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Jumat, 16 November 2018

0 Sepenggal Kisah Perjalanan Ke Kota Shenzhen China : Bagian 1

China, mendengar negara ini, pertama kali yang muncul di dalam pikiran saya adalah sebuah negara dengan mayoritas penduduknya adalah non muslim, jadi bisa dibayangkan betapa sulitnya mencari makanan halal disana. Tak hanya karena fakta bahwa jumlah muslim di negara tersebut adalah minoritas, namun juga berdasar kisah dari beberapa kawan yang pernah berkunjung kesana dan membeberkan fakta yang tak jauh berbeda. Untuk mencari restoran atau rumah makan yang menyediakan makanan halal, rasanya seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Maka ketika ada tugas kantor yang mengharuskan saya untuk melakukan perjalanan dinas kesana, tidak bisa dipungkiri ini menjadi beban yang cukup berat bagi saya.

Kisah Perjalanan ke Kota Shenzhen China


Kota yang akan saya datangi kali ini adalah kota Shenzhen, sebuah kota di wilayah selatan China yang cukup maju, berbatasan langsung dengan Hongkong. Kota Shenzhen berada di provinsi Guangdong dan menjadi salah satu pusat industri di China. Perusahaan-perusahaan raksasa High Tech kebanggaan negeri Tirai Bambu seperti Huawei dan ZTE pun juga bermarkas di kota ini. Maka tak heran jika kota ini seringkali disebut sebagai salah satu Silicon Valley-nya China. Di dalam rangkaian tulisan di blog ini, saya juga akan membahas mengenai majunya sektor transportasi di kota ini. Diantaranya adalah Subway atau Metro. Ketika anda tiba di kota Shenzhen melalui Shenzhen Bao'an Internasional Airport, maka anda akan langsung bisa memanfaatkan transportasi subway/metro untuk berkeliling di kota ini. Kereta metro sudah terintegrasi dengan bandara sehingga para penumpang pesawat yang baru saja tiba langsung bisa memanfaatkan metro/subway untuk menjelajah kota metropolis di bagian selatan China ini.

Menjelang hari keberangkatan, saya terus menggali segala informasi mengenai seluk beluk kota yang akan saya kunjungi ini. Mulai dari informasi mengenai restoran halal ataupun apakah terdapat masjid yang bisa saya gunakan untuk menunaikan ibadah sholat Jum'at. Alhamdulillah setelah googling, rupanya ada beberapa blog yang bersedia membangikan ceritanya tentang pengalaman berkunjung ke kota Shenzhen. Selain itu, ada pula beberapa Youtuber Muslim yang berbaik hati menceritakan pengalaman bagaimana caranya naik Subway/Metro menuju masjid Shenzhen (masjid terbesar di kota Shenzhen). Dengan begini, maka setidaknya ada beberapa gambaran-gambaran kasar mengenai kondisi kota yang akan kami kunjungi. Saya berkunjung tidak sendiri, bersama dengan rekan kerja saya bernama Anang, kami akan melakukan rihlah mendatangi negeri yang terkenal dengan seni bela diri Kungfu ini.

Menyiapkan Passport dan Visa

Untuk bisa mendatangi sebuah negara, setidaknya kita harus memiliki dua dokumen penting yaitu Passport dan Visa. Passport adalah identitas diri seseorang yang diterbitkan oleh sebuah negara (tempat kita diakui sebagai warga negaranya) dan diakui secara internasional. Ketika kita berada di luar negeri, maka Passport menjadi dokumen yang sangat penting. Bahkan bisa dibilang sebagai nyawa kedua kita. Jadi jangan sampai hilang ya gaes! kalau tidak mau panjang urusannya di negeri orang.


Sedangkan Visa adalah dokumen yang diterbitkan oleh negara yang akan kita kunjungi (melalui kantor perwakilan atau Konjen negara tersebut di negara kita) sebagai bukti dan petunjuk bahwa kita 'berpeluang' diizinkan masuk ke wilayah negara tersebut. Kenapa saya sebut berpeluang? karena meski kita sudah mengantongi Visa, tidak serta merta 100% kita pasti bisa masuk ke wilayah negara tersebut. Bisa jadi kita tidak diizinkan masuk karena terkendala sesuatu hal seperti sedang terkena sakit menular (terkena wabah), karena kepentingan politik, atau sebab-sebab yang lain. Atas alasan-alasan tersebut, bisa jadi kita dideportasi kembali ke negara kita. Tapi tenang saja, selama kita punya Visa, kemudian tidak sedang sakit keras (yang bisa terindikasi membawa wabah penyakit) dan tidak berniat/beritikad buruk, insyaAllah kita bisa masuk ke negara tersebut.

Karena sebelumnya saya pernah ke luar negeri dan sudah memiliki passport, maka kali ini saya hanya fokus untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk keperluan penerbitan Visa China. Proses penerbitan Visa China ini seluruhnya dikerjakan oleh pihak SDM tempat saya bekerja, jadinya saya tak bisa bercerita banyak mengenai hal ini.

Adapun dokumen-dokumen yang perlu disiapkan untuk mendapatkan Visa China adalah Passport, scan KTP, scan KK, mengisi form penerbitan Visa.

Memilih Jadwal Penerbangan

Pada awalnya kami diberitahu untuk turun di bandara Internasional Bao'an di Shenzhen. Namun rupanya tiket langsung ataupun transit dari Indonesia (baik dari bandara Soeta Cengkareng maupun bandara Juanda Surabaya) ke Shenzhen ini bagi saya tidaklah nyaman. Tidak ada flight Garuda yang mengarah langsung ke bandara Bao'an Shenzhen, selain itu harga tiket Singapore Airlines juga ampun deh, diatas 10 juta gaes! Maskapai yang tersedia seperti Shenzhen Airline, Air China, China Southern, Xiamen Airline dan lain-lain, bagi saya kurang comfortable. Setelah baca-baca di blog tentang pengalaman terbang bersama maskapai-maskapai diatas, entah mengapa kok lebih banyak review negatifnya ya atau kalaupun ada review-nya, jumlahnya masih sedikit. Bagi saya, penerbangan internasional haruslah penerbangan yang nyaman dan proven, karena kita akan melewatkan waktu berjam-jam di dalam pesawat tersebut. Bayangkan ketika kita perlu sesuatu di dalam pesawat, dan ingin meminta bantuan kepada pramugari, ternyata pramugarinya semisal saja tidak bisa berbahasa Inggris, tentu tidak nyaman kan? belum masalah lain seperti ketersediaan makanan halal di dalam pesawat tersebut.

Pesawat Garuda menuju Hongkong

Terus terang di H-1 sebelum keberangkatan, saya masih merasakan kegalauan karena masih belum menemukan maskapai yang cocok untuk keberangkatan ke Shenzhen. Namun, di dalam hati saya selalu yakin bahwa Allah itu bersama dengan hamba-Nya yang pantang menyerah dan terus berjuang. Dan perjuangan itu tidak akan pernah mengkhianati hasil.

Secercah sinar harapan tiba-tiba merangsek masuk menerangi hati saya. Saya diberitahu oleh pihak SDM perusahaan tempat saya bekerja bahwa ternyata ada seorang rekan kerja yang pernah berkunjung ke kota Shenzhen. Namanya pak Sangki. Ah, rasanya seperti menemukan telaga di tengah gurun pasir. Tanpa banyak pikir panjang lagi, kami langsung menggali informasi sebanyak-banyaknya kepada pak Sangki, bagaimana sih cara beliau pergi ke Shenzhen.

Setelah menggali informasi, fakta mulai terkuak saat beliau mengatakan bahwa ternyata beliau tidak turun di Bandara Bao'an Shenzhen, melainkan turun di Bandara Hongkong. Dari bandara Hongkong, beliau kemudian naik bus menuju ke kota Shenzhen, China.

Ya Allah, saya langsung bersyukur di dalam hati. Karena Hongkong merupakan salah satu lokasi transit paling banyak dituju oleh penerbangan Internasional, maka kami segera mengecek apakah terdapat flight Garuda dari Jakarta menuju Hongkong. Dan benar, ternyata terdapat direct flight dari Jakarta menuju Hongkong menggunakan pesawat Garuda. Alhamdulillah, satu permasalahan terpecahkan.

Permasalahan berikutnya, bagaimana caranya berpindah dari bandara Hongkong menuju kota Shenzhen?. Apakah kami akan mengikuti jejak rekan kerja kita itu yang naik bus ke Shenzhen? padahal kami juga tidak memiliki visa Hongkong. Jujur saja kami tidak memiliki keberanian untuk mencoba-coba cara yang berpotensi mengandung banyak resiko. Resiko bahwa ternyata ketika masuk ke negara Hongkong dibutuhkan visa Hongkong, atau resiko bermasalah saat memasuki imigrasi China ketika berpindah dari negara Hongkong. Sepertinya kita harus mencari cara yang lain! Cara yang terjamin benar-benar aman.

Setelah searching dan googling di internet, akhirnya saya menemukan cara bagaimana bisa pergi ke Shenzhen dari Bandara Hongkong tanpa harus melewati imigrasi Hongkong. Nah, seru kan? jangan kemana-mana, tetap terus simak kisahnya di tulisan ini ya Gaes!.

Hari Keberangkatan

Hari itu Selasa 16 Oktober 2018, sekitar pukul 20.00 WIB kami berangkat menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta di terminal 3. Kondisi jalanan di Jakarta malam itu cukup lancar. Di beberapa titik ada kemacetan, namun bisa dibilang masih lancar-lancar saja. Jakarta memang kota yang tak pernah tidur, meskipun saya yang akhirnya malah tertidur di mobil. Rasanya badan capek sekali. Kami tiba di Bandara Soetta sekitar pukul 21.00 WIB. Masih ada sekitar 2 jam lebih untuk melakukan serangkaian proses imigrasi, check-in dan lain-lain sebelum pesawat kami take off menuju Hongkong yang dijadwalkan pada pukul 23.40 WIB.

Ingat ya Gaes, tiba di bandara 2 jam sebelum keberangkatan adalah waktu ideal buat kita ketika akan melakukan penerbangan internasional. Jangan sampai waktu kedatangan kita di bandara itu terlalu mepet dengan jadwal take-off. Perlu dipahami bahwa naik pesawat berbeda dengan naik kereta. Ada serangkaian hal yang harus dilakukan sebelum pesawat benar-benar diizinkan terbang. Kita tidak tahu masalah apa yang akan kita hadapi ketika melakukan proses imigrasi. Maka pastikan 2 jam sebelum jadwal take-off pesawat, kita sudah tiba di bandara dan segera melakukan serangkaian proses imigrasi dan check-in. Itu semua agar hati menjadi lebih tenang. Saya selalu berpikir, lebih baik menunggu lama di ruang tunggu daripada datang dengan terburu-buru.

Serangkaian proses imigrasi dan check-in berjalan dengan lancar. Saya dan mas Anang kemudian mencari lokasi tempat duduk yang nyaman di ruang tunggu untuk sekedar duduk santai sambil menunggu jadwal take-off. Waktu itu, rupanya mas Anang sedang kehausan dan mencoba membeli sebotol air mineral, namun begitu terkejutnya dia mengetahui fakta bahwa harga sebotol air mineral adalah 40 ribu rupiah. Wow, amazing. Setelah saya pikir-pikir, ya iyalah! ini kan di bandara! Jangankan di bandara, di stasiun saja harga bisa naik 2 kali lipat atau bahkan lebih. Maka sedikit tips buat teman-teman sekalian yang akan bepergian keluar negeri, silahkan membawa air mineral sendiri dari rumah ya. Lumayan kan bisa menghemat 30 ribu rupiah.


Tiba di Bandara Internasional Hongkong

Alhamdulillah, sekitar waktu subuh kami berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Hongkong. Terdapat perbedaan waktu sekitar 1 jam dengan waktu di Indonesia (WIB). Jadi jika di Hongkong saat ini pukul 5 pagi, maka di Indonesia bagian barat masih pukul 4 pagi. Waktu perjalanan dari Jakarta ke Hongkong sekitar 4,5 jam. Sesaat setelah mendarat, saya segera mengaktifkan ponsel dan segera memberitahu keluarga di rumah bahwa saya sudah mendarat dengan selamat di Hongkong.

Bandara Internasional Hongkong

Hongkong adalah negara yang termasuk bagian dari negara China yang cukup unik. Negara ini memiliki sistem pemerintahan sendiri dan berhak mengatur warga negaranya tanpa adanya campur tangan negara China. Namun, di sisi lain Hongkong ternyata tidak punya tentara, sehingga sistem pertahanan negara masih bergantung penuh kepada China. Hongkong adalah bekas jajahan negara Inggris, sehingga sebagian besar warga negara Hongkong pun bisa berbahasa Inggris. Berbeda dengan China daratan (Main Land), Hongkong juga mengizinkan adanya buruh migran. Maka tak heran jika kita akan banyak menjumpai orang-orang Indonesia yang bekerja sebagai TKI di negara ini.

Kebingungan Mencari Tempat Sholat di Bandara Internasional Hongkong

Waktu subuh sudah hampir habis, namun kami masih terus muter-muter mencari lokasi mushola atau prayer room untuk menunaikan sholat subuh. Saya tak menyangka rupanya Bandara Internasional Hongkong ini besar sekali. Setelah beberapa saat tidak menemukan prayer room, kami pun bertanya ke bagian informasi. Alangkah terkejutnya kami ketika petugas bagian informasi mengatakan,

"Sorry sir, there is no prayer room on this arrival area!".

Ternyata tidak ada prayer room di lokasi area kedatangan Gaes!. Rupanya lokasi prayer room di Bandara Hongkong terletak setelah kita hendak keluar dan melewati bagian imigrasi Hongkong, atau lokasi lainnya yaitu ketika kita akan melakukan transit pesawat. Nah, pada bagian area kedatangan (arrival area), tidak disediakan tempat sholat!. Padahal perlu dicatat, kita tak mungkin meninggalkan lokasi arrival area ini karena kita berencana pada pukul 10 akan naik kapal Ferry menuju Shenzhen. Lah kalau begini, kita sholat subuh dimana? mulai panik deh!

To be Continued...




Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates