Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Sabtu, 08 September 2012

8 Debat, Memenangkan Argumen atau Hati?

Sungguh amat terpatri di dalam hati ini, apa yang telah saya baca dari sebuah buku keren karya Salim A Fillah berjudul Dalam Dekapan Ukhuwah tadi malam dan juga selepas sholat subuh tadi pagi. Nasihat-nasihat sederhana yang dicuplik dari pengalaman-pengalaman para sahabat di jaman Rosulullah ataupun generasi mulia setelahnya telah menghujam tepat langsung ke hati saya. Pada tulisan kali ini, saya belum ingin mengupas secara mendalam dan komprehensif mengenai resensi buku bestseller yang satu ini. Hanya, kali ini saya ingin mengambil sekelumit kalimat-kalimat yang indah nan inspiratif, pun juga nasihat-nasihat kebaikan yang sayang jika tidak ikut saya prasastikan dalam blog inspirasi ini ^_^.

dalam dekapan ukhuwah


Dalam sebuah jaman dengan sosial media sebagai jantung interaksi dengan sesama, maka tidak bisa dipungkiri bahwa dunia terasa kian menyempit menjadi lebih rapat dan saling mendekat. Orang yang berada disebuah kamar sendirian-pun bisa merasa layaknya orator yang piawai di atas sebuah podium dengan puluhan hadirin menyimak didepannya. Maka tak jarang, dengan interaksi yang kian sering ini, bisa berujung kepada sebuah situasi dimana kita terpaksa menghadapi orang-orang yang akan tidak setuju dengan pendapat kita. Itu sebuah hal yang sangat lumrah, namun akan menjadi kian pelik jika berujung kepada sebuah debat yang tersisipi hawa nafsu membara. Namun sejatinya jika kita memahami dengan benar, ini merupakan kondisi yang baik, bahwa akan lebih baik orang yang keluar rumah (berinteraksi sosial) kemudian bersabar terhadap segala cobaan yang dihadapinya, daripada orang yang berdiam diri di rumah menghindar dari keburukan interaksi dengan sesama. Di jaman sosial media seperti ini, interaksi seperti ini sedikit banyak terwakili di dalam dunia maya.

Dulu saya pernah memiliki seorang sahabat yang lumayan dekat. Sering kali kita bertukar pikiran tentang suatu hal. Hingga pada suatu ketika, kita memilih jalan pemikiran yang sedikit berlainan (kalau tidak mau disebut bertolak belakang). Seringkali interaksi dan pembicaraan kita berujung kepada sebuah perdebatan yang tiada ujung. Semua ingin memenangkan hujjah masing-masing. Dalam kondisi seperti itu, nafsu sudah semakin susah untuk dikendalikan. Hingga akhirnya persahabatan kita sedikit banyak runyam juga akibat debat-debat karena perbedaan pemikiran seperti ini.
Dalam benturan kita dengan sesama akan selalu ada pilihan apakah ingin memenangkan kebenaran atau ingin memenangkan hati. Jiwa tak akan pernah takluk hanya dengan hujjah. Hawa nafsu sulit tunduk hanya dengan argumentasi. Tapi ketika hati sudah tersentuh dengan kemuliaan akhlak, tanpa ditunjuki sebuah kebenaran maka dia akan mencari hujjahnya sendiri untuk menginsyafi kebenaran.

Dalam dakwah dalam penyampaian kebenaran, debat memang menjadi salah satu jalan yang disebutkan oleh Allah. Tapi dia diletakkan di akhir, sebuah cara yang digunakan ketika tidak ada pilihan yang lain. Itupun dengan syarat yakni dengan cara yang ahsan.



Sejenak menekuri sabda baginda Nabi dalam sebuah riwayat Abu Dawud, “Aku menjaminkan sebuah rumah di tengah-tengah surga untuk orang yang menahan diri dari debat, meski dia benar.

Sejenak kita menilik sebuah contoh pertengkaran suami dan istri. Sedikit banyak salah satu dari mereka pasti akan mengalah meskipun sejatinya dia berada dalam kondisi kebenaran. Ini semata-mata dilakukan karena ia ingin menjaga hubungan yang harmonis dengan istri atau suaminya. Dia memilih harmonisnya hubungan daripada kebenaran yang berujung perceraian. Maka sekarang layak kita bertanya, apakah kita ingin memenangkan kebenaran berlabel debat bin ngotot, atau memenangkan hati dengan kemuliaan akhlak untuk lebih membuka peluang dia tertunjukkan kebenaran dengan sendirinya?.

Sungguh sekaranglah saatnya kita berpacu dalam bingkai kebaikan, dalam dekapan ukhuwah ^_^.

Related Post



8 komentar:

  1. kelihatannya bukunya menarik sekali, kalo di solo bukunya bisa dibeli di mana ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bukunya sangat menarik pak. Hemm saya kurang tahu daerah solo. Mungkin di toko buku Islam terdekat biasanya ada pak. Buku ini best seller kok.

      Atau bisa mampir di jualan saya disini (agak promosi ndak papa yah :) ) -> DDU Salim A Fillah di Tarbawi Magetan

      Hapus
  2. ttg debat, kl perdebatan itu udah tdk jelas ujungnya dan yg ada malah jd gak jelas plus mulai ada emosi2 pula lebih baik sy menghindar..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah debat memang bukan barang haram yang musti kita hindari. Tapi jika debat tersebut sudah disisipi nafsu untuk memenangkan argumen dan merendahkan lawan bicara, maka lebih baik kita menhindari hal semacam itu.

      Hapus
  3. jadi pengen baca bukunya langsung Fin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bukunya keren mbak. Banyak sekali pelajaran-pelajaran tentang bagaimana menjaga hubungan dengan sesama. Sehingga akan tercipta dalam dekapan ukhuwah.

      Hapus
  4. saya belum tamat bacanya, hehe.... malah bukunya sudah disimpan di rak

    BalasHapus
    Balasan
    1. he he. ayo dibaca lagi mbak. #membayangkan_rak_mbak_puch_yang_berjubel_bukunya.

      Hapus

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates