Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Jumat, 21 Januari 2011

17 Menilik Karya Tere Liye

Ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah mengangapku lebih dari seorang adik yang tak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun....daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.


Sudah seminggu ini saya menikmati keindahan sastra dalam buku itu. Saya seperti tersihir....masuk kedalam cerita itu dan menjadi seperti sosok dia.. Balutan kalimat yang indah, keindahan diksi, dan juga alur maju mundur yang membuat otak kecilku bekerja lembur menguasai cerita itu tapi membuatku nyaman membaca aliran ceritanya sampai sajian terakhir.. Tapi kurasa ada yang berubah dari seorang saya, antara detik ini dan lima tahun yang lalu. Lima tahun yang lalu saya bukanlah penggemar cerpen atau novel, tapi ketika saya pertama kali membaca novel Ayat-ayat Cinta buah karya Habbiburahman El Sirazy (atau biasa disapa Kang Abik) semua menjadi berubah. Entah kenapa saya menjadi sangat doyan baca novel atau mungkin dah masuk kategory novelholic. Karya-karya kang Abik selalu saya buru, dari Ketika Cinta Bertasbih jilid 1 dan 2, Dalam Mihrab Cinta, dan yang terakhir adalah novel Bumi Cinta. Ketika itu saya menganggap tidak ada penulis yang setara dengan Kang Abik dalam hal menggocek kata. Sejak saat itu saya hanya menanti dan terus menanti karya-karya kang abik berikutnya. Tapi merangkai kata, kalimat dan paragraf menjadi satu kesatuan utuh bangunan novel tidak bisa dirampungkan dalam hitungan 1 atau 2 bulan saja. Kemudian ada sahabat sejati fillah yang mengenalkan novel-novel dengan pengarang yang lain. Buku yang dia perkenalkan kebanyakan dari pengarang yang dari namanya orang pasti mengira dia seorang perempuan, pengarang itu bernama Tere Liye dan dia seorang laki-laki. Judul buku pertama yang diperkenalkan pada saya adalah Rembulan Tenggelam Di Wajahmu dan Hafalan Sholat Delisa. Tapi dasar saya yang sudah menjadi novelholic khusus karya kang abik, tetep saja akhirnya tidak saya baca, meskipun buku itu sudah tersedia di rumah.

Rasa penasaran akhirnya semakin membuncah untuk membaca tulisannya dengan adanya beberapa sahabat blogger yang juga menyukai tulisan-tulisan Tere Liye. Akhirnya aku bertekat harus membacanya juga. Tapi kapan? buku-buku Tere Liye kebanyakan ada di rumah di kampung. Tapi tidak saya duga ada sahabat kantor yang memberikan informasi bahwa ada judul baru Tere Liye yang sudah beredar dan sekarang tersedia di toko buku belakang masjid Salman ITB. Akhirnya pulang dari kantor saya langsung pergi ke TKP. Sesampai di toko buku itu langsung melakukan search engine mencari buku dengan pengarang Tere Liye, ....seeetttt.... akhirnya mata ini menangkap kata "Tere Liye" dari sekian banyaknya tumpukkan buku. Hemmm..(sambil mendesah) judulnya Moga Bunda di sayang Allah, sepertinya judul buku ini bukan buku terbaru yang diinfokan sahabat kantor tadi. Tapi tentu saja saya akan tetap membelinya. Tiba-tiba bapak pemilik toko mengambil salah satu buku dan mengatakan "Mas, ini lho buku terbaru Tere Liye". He he bapak penjaga toko ini tahu saja kalau saya mencari buku terbaru Tere Liye. Mungkin karena saat itu saya lagi memegang salah satu buku Tere Liye juga. Pada akhirnya saya membeli kedua buku itu.

Sampai di rumah ada 2 buku dengan pengarang yang sama membuatku bingung buku mana yang akan dibaca terlebih dahulu. Ah..akhirnya aku memilih buku dengan judul yang unik ini saja, sambil meraih buku yang lebih tipis itu. Cerita sederhana namun dibalut keindahan sastra membuat siapapun pembacanya tidak ada bosan untuk membacanya terus sampai halaman terakhir. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, begitulah judul buku itu. Buku dari sekian banyak karyanya yang pertama aku baca. Satu hal yang berkesan dari novel pertamanya yang kubaca bahwa tulisan Tere Liye itu inti cerita sederhana tapi indah di sastranya. What about you?...

Related Post



17 komentar:

  1. Tere Liye punya gaya sastra yg tersendiri, sederhana namun dalam. Kang Abik dan Tere Liye telah berhasil menyajikan bacaan yg menggugah jiwa. Kita tunggu karya-karya beliau selanjutnya...
    *sy masih byk hutang membaca novel2 tere liye, insya Allah selepas sidang, mau dijamak :D

    BalasHapus
  2. @Nur Ahmadi : bener banget nur, bacaan yang menggugah jiwa...mantabs...

    BalasHapus
  3. Novel tere liye memang luar biasa, mengangkat hal2 yang sederhana namun dalam maknanya, cuma ada 1 kekurangan dari novel tere liye, novelnya tidak bisa dibaca di sembarang tempat dan disembarang waktu.
    Gak bisa puas nangis dan instropeksi dirinya...pernah saya nungguin dhuhur di salman hari sabtu, baru beli
    novel tereliye di belakang salman,.saya bacanya sambil nahan air mata, walo akhirnya netes juga, sambil tengok kanan kiri...hooo...hiks hiks...
    gak bebas berekspresi...hahhaaa..

    BalasHapus
  4. Tere Liye pernah main ke kampus, kebetulan Lilis yang undang, wew, kami dibuat kaget karena blio ngambek jatah waktu untuk blio terpotong skitar 40 menit oleh pengisi acara sebelumnya (Tung Desem Waringin), sehingga datang-datang, blio mengucap salam, dan langsung mengatakan, sya hanya akan berbicara '10 menit'. Heee, kami semua terkaget-kaget, n u know blio benar-benar cuma berbicara 10 menit dan pamit. Langsung shock deh kami..
    Tapi itu pengalaman yang sangat mengajarkan kami arti menghargai waktu dan orang lain.
    Overall, Tere Liye pandai sekali mengaduk aduk perasaan, yang sudah pernah Lis baca ada Hapalan Sholat Delisa (pinjem), Bidadari Syurga (kado dri teman), Burlian (beli) dan terakhir pengen baca serial nya si Burlian dan sodara-sodaranya juga buku yg dibaca mas Fifin. :D

    BalasHapus
  5. @ririsnovie : wah klo cewek gampang nangis ya... hemm..btw aku juga belum berpengalaman banyak membaca novel tere liye jadi belum bisa menyimpulkan apakah aku nanti menangis atau malah tertawa,,,

    @Ririsuchan : yup betul juga, kita harus menghargai waktu... klo aku jadi tere liye mungkin akan melakukan hal yang sama.
    wah aku belum punya yang serial nya si Burlian, hemm tapi mungkin menghabiskan dulu yang sudah ada di rumah saja he he,
    hafalan sholat delisa dan bidadari2 surga pun belum selesai dibaca ^_^

    oh iya salam kenal ya..^_^

    BalasHapus
  6. yang jelas "daun yang jatuh tak pernah membenci angin" sukses membuat saya menangis semalaman...al hasil brangkat ke kantor paginya dengan mata bengkak. ditanya sma teman, begadang , si baby rewel, atau betengkar sma suami...hehe smua gara2 "tere lye"

    BalasHapus
  7. ketika membaca karya2 tere liye,kita seperti tersihir,hanyut dalam imajinasinya.
    saya baru punya 5 novel tere liye : hafalan sholat delisa,moga bunda disayang Allah, Bidadari2 Surga,burlian dan pukat. daun yang jatuh tak pernah membenci angin lum sy baca,sy cari di toko buku ga ada. klo sahabat punya info buku terbaru tere liye,boleh share dong..

    BalasHapus
  8. ups, rembulan tenggelam diwajahmu jg dah sy baca, pokoke apik tenaaaaaan.
    maret ini akan ada pameran buku di istora,mudah2n dah terbit buku terbaru tere-liye.

    BalasHapus
  9. betul mbak kholilah, memang Tere Liye mampu menyihir pembaca untuk hanyut dalam imajinasi.
    btw saya kemarin mampir ke togamas eh nemu karya tere liye "cerita anak-anak mamak", cuma belum sempat dibeli sih, masih mendahulukan untuk beli "ranah 3 warna" he he

    BalasHapus
  10. sungguh novel tere-liye membuat hati kta tersentuh,,,,,,,,,,,,,
    .tp q bru bca 2 novel,,,hm,cz yum smpet beli!!!!!!!!!!!hehehe

    BalasHapus
  11. @triaaaaaaaaaa : yup betul sekali mbak tria.. novel mas tere memang sangat menyentuh...

    @tika : he he, membaca buku-buku yang membuat kita tersentuh dan menangis dapat menjadikan hati kita semakin lembut..insyaAllah..

    BalasHapus
  12. tere liye berhasil menyulap para pembaca
    untuk masuk kedalam permainan kata"nya
    dari judulnya saja sudah membuat org lain
    penasaran "Daun yang jatuh tdk pernah
    membenci angin" pertma kali melihat hati
    sudah tergesir, mulai membaca hati serasa
    menari (*agak lebay :D), selesai mmbaca ingin
    mengulanginya lagi, menurut saya ini cerita
    terbaik kedua setelah "perahu kertas-dee lestari" :)

    BalasHapus
  13. bener banget mbak silvia. karya-karya kang tere memang sarat akan permainan-permainan kata yang menggiring pembaca untuk larut dalam imajinasinya. Sekarang saya lagi suka banget membaca novel yang judulnya "bidadari-bidadari syurga". Pengen banget menjadi sosok dalimunte he he...ngimpi..

    btw untuk "perahu kertas-dee lestari" itu juga karangan dari tere liye?

    BalasHapus
  14. salut kalo melihat ada pria yg gemar membaca novel..... krn dulu aku selalu berfikir kalo membaca novel itu hobi yg didominasi kaum wanita.

    BalasHapus
  15. @Tyka Ndutyke : hemm iya sekarang hobi baca novel sudah mulai digemari laki-laki karena dengan membaca novel biasanya perasaan menjadi lebih lembut dan halus.. (bukan berarti trus menjadi kemayu ha ha...)

    BalasHapus

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates