Orang bilang sahabat itu bukan teman, dan teman juga bukan pula sahabat. Keduanya sejatinya berbeda. Sahabat memiliki tingkat kedekatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekedar teman. Teman belum tentu mengenal hati kita, namun sahabat justru sudah mengisi sudut-sudut ruang di hati kita. Ketika terkadang teman justru menjauh ketika kita meminta pertolongan dengan mengatakan "sorry bro, hari aku agak sibuk, moga masalahnya cepat kelar yah". Namun di saat yang lain sahabat justru akan mendekat dengan mengatakan "Masalah loe apa sih bro, InsyaAllah gw bantu deh. Apa sih yang nggak buat loe! ^_^". Begitulah sahabat, ketika jalinan persaudaraan sudah mengakar kuat, maka apa yang menjadi kepentingan saudaranya akan menjadi kepentingannya pula.
Namanya pergaulan, tak jarang perselisihan dan perbedaan pendapat diantara dua sahabat kerap terjadi. Jadi ingat saya beberapa kali terlihat perselisihan dengan sahabat karib. Sungguh sangat menyakitkan ketika ada seorang sahabat yang mengatakan sesuatu yang mengecewakan kepada kita. Dan ketika pada saat yang sama, hati ini mengenang saat-saat kebersamaan dan keceriaan dengannya. Sedih, rasanya mata ini sudah panas menahan air mata untuk tidak tumpah. Rasanya pilu dan bertanya-tanya, kenapa terjadi hal seperti ini. Beginilah sahabat, tak hanya melibatkan akal dan pikiran, namun juga hati dan perasaan yang terdalam.
Baginda Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam tidak mendefinisikan orang-orang yang berada di sekelilingnya dengan panggilan guru dan murid, tetapi sahabat. Sungguh persahabatan yang paling mulia adalah persahabatan yang didasarkan pada cintanya kepada Allah Azza wa Jalla. Rosulullah bersabda dalam riwayat Al Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Al Hakim bahwa, "Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, kecuali yang paling besar cintanya diantara keduanya adalah yang lebih mulia.". Sahabat sejati itu adalah sahabat yang dipersatukan oleh Allah dalam bingkai iman dan ukhuwah. Ah, benar-benar buku yang beberapa hari menjadi santapan baca selepas isya ini meracuni setiap tulisan-tulisan saya. Ketika buku ini membahas mengenai bagaimana persahabatan dan persaudaraan yang mulia pada generasi sahabat, maka tulisan di blog inipun membahas yang sedemikian rupa. Yah, karena hal-hal seperti itulah yang di pagi nan cerah ini muncul dan meronta-ronta ingin keluar untuk dituliskan.
Baginda Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam tidak mendefinisikan orang-orang yang berada di sekelilingnya dengan panggilan guru dan murid, tetapi sahabat. Sungguh persahabatan yang paling mulia adalah persahabatan yang didasarkan pada cintanya kepada Allah Azza wa Jalla. Rosulullah bersabda dalam riwayat Al Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Al Hakim bahwa, "Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, kecuali yang paling besar cintanya diantara keduanya adalah yang lebih mulia.". Sahabat sejati itu adalah sahabat yang dipersatukan oleh Allah dalam bingkai iman dan ukhuwah. Ah, benar-benar buku yang beberapa hari menjadi santapan baca selepas isya ini meracuni setiap tulisan-tulisan saya. Ketika buku ini membahas mengenai bagaimana persahabatan dan persaudaraan yang mulia pada generasi sahabat, maka tulisan di blog inipun membahas yang sedemikian rupa. Yah, karena hal-hal seperti itulah yang di pagi nan cerah ini muncul dan meronta-ronta ingin keluar untuk dituliskan.