Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Jumat, 02 Desember 2011

5 Catatan Si Bolang: Ayam Nyungsep Part 1

Kalau berbicara masa ketika kita masih kanak-kanak maka akan begitu banyak kisah yang bisa diceritakan. Apalagi saya yang notabene hidup di desa. Kalau saya perhatikan permainan yang dilakukan anak-anak sekarang cenderung monoton dan tidak kreatif. Hal yang berbeda 180 derajat jika dibandingkan dengan permainan jaman saya ketika masih kecil dahulu. Ada begitu banyak permainan yang bisa dilakukan. Mulai dari permainan karet gelang, bola kasti, betengan, main ketapel, berkelompok mencari belut di sawah, berburu jangkrik dan masih banyak lagi yang lainnya. Entahlah.. apa karena anak-anak jaman sekarang lebih disibukkan dengan nonton televisi yang mungkin bisa berjam-jam lamanya? Tapi memang seperti itu realitanya.

Kadang saya tersenyum-senyum sendiri jika mengingat segala kejadian di masa lalu. Kalau digambarkan dijaman sekarang mungkin saya bisa masuk kategori Si Bolang. Bagaimana tidak, saya bisa menghabiskan waktu seharian penuh berada di luar rumah untuk sekedar berburu burung kutilang atau burung emprit dengan menyisir sungai dan kebun tetangga di desa saya.

Ketika itu mungkin saya masih berumur 10 tahun. Sekolah saya berjarak cukup jauh dari rumah, ada di kota kecamatan yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumah. Orang tua saya sengaja menyekolahkan di kota kecamatan karena memudahkan untuk antar jemput. Kedua orang tua saya bekerja di kota kecamatan, sehingga praktis rumah di desa pasti kosong. Jadi ketika pulang sekolah saya bisa ke rumah nenek (Ibu dari bapak) yang berada di kota kecamatan sambil menunggu jemputan Ibu. Setiap pulang sekolah dan sampai di rumah, saya terbiasa bertemu dengan anak-anak tetangga untuk mengajak bermain. Permainan apa saja sesuai dengan musimnya. Ketika itu sedang musim berburu burung. Maka saya yang tergabung dengan geng pemburu burung bersama 2 orang teman saya (andrik dan kang man) akhirnya memutuskan untuk berburu burung di daerah pesisir sungai.

Matahari panas mulai menyengat tubuh kami ketika kami dengan ketapel yang sudah siap dengan peluru tanah lempung mulai perburuan ini. Untuk membuat ketapel bisa dibilang susah-susah gampang. Perlu ketrampilan khusus untuk menghasilkan kualitas ketapel yang mumpuni. Bahan kayu ketapel biasanya diambil dari pohon asem karena ulet dan tidak gampang patah. Pohon asem banyak tumbuh di desa kami. Entah itu ada pemiliknya atau tidak, kamipun sering tidak pernah meminta ijin jika mengambil batang kayu pohon asem yang ingin kami jadikan ketapel. Sedangkan pada bagian karetnya, bahan bisa dibeli di toko dekat rumah. Kalep untuk tempat peluru lempung bisa menggunakan bekas ikat pinggang yang sudah tidak terpakai lagi. Perlu diketahui jumlah karet akan mempengaruhi kekuatan daya jangkau peluru yang ditembakkan oleh ketapel. Semakin banyak karet yang digunakan, maka tentu semakin berat kita menariknya namun dibalik itu hasil tembakannya juga bakal luar biasa. Burung mana yang kuat menahan gempuran tanah lempung dari jepretan ketapel berkaret double 3??

Untuk bisa sampai di sungai kami harus menyelusuri beberapa kebun milik tetangga sambil sesekali melihat-lihat siapa tahu ada burung yang lewat. Siang-siang begini biasanya banyak burung emprit yang hinggap di pohon belakang mbah Janem (tetangga saya). Dan benar saja, banyak burung yang berseliweran di antara dahan dan ranting pohon. Berkicau riang seriang hati kami. Mereka tidak sadar bahwa ada 3 musang berbulu manusia yang siap meluncurkan roket-roket tanah lempung yang akan membinasakan mereka. Dan wuss wuss.... beberapa ketapel kami mencoba membidik ke sasaran namun hasilnya kali ini masih nol besar. Beberapa kali gagal mengenai sasaran, kami bertiga memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke sungai. Disana kami yakin akan menemukan jauh lebih banyak burung dengan berbagai tipe. Dan tentu saja burung-burung yang jauh lebih besar daripada burung yang ada di pohon milik tetangga tadi yang besarnya tak lebih dari genggaman balita. Sebut saja burung 'Bubut'. Burung yang satu ini bahkan besarnya hampir sama dengan ayam betina dewasa. Warna hitam kelam dengan suara kwak..kwak... yang suka sekali hidup menyelinap di lebatnya pohon bambu.


**catatan si bolang akan dilanjutkan pada postingan berikutnya

Related Post



5 komentar:

  1. wih seru ya mas masa kecilnya. saya juga sempet dulu, berpetualang nyari barang butut sama temen2 buat dijual. :D tapi, setelah capek2, barang2 butut kita cuma dihargai 25 perak! :S ngenese kalo diinget sekarang... haha. tapi namanya anak kecil nggak bisa nuntut. walau hati berat.

    BalasHapus
  2. wah..., sy kira masa kecilmu dihabisin di depan komputer sambil coding. masa kecil sy juga sy habisin buat nyari belalang kayu buat dibakar+dimakan. menyusuri sawah buat nyolong pelem, main adu lempar karet. delik-delik an, dan menyusuri bendungan... Itu sy lakukan sepulang sekolah antara jam 14-16.

    BalasHapus
  3. @Chandra B. : ha ha.. 25 perak dulu bisa beli apa ya? hemm.. beli anak mas bisa ga ya he he...

    @iput : yah dulu mana kenal komputer put, hape aja ndak ngerti. ha ha nyari belalang kayu buat dimakan? wah mengingatkanku dulu pernah berburu entung / kepompong ulat untuk kemudian digoreng atau dibuat bothok. Langsung beberapa jam kemudian tubuh gatal semua seluruh badan akibat alergi.

    *bothok : makanan yang dikukus luarnya dilapis daun pisang, isinya bisa tempe yang dicampur dengan daun melinjo dan bisa juga dicampur udang atau makan kesukaan lainnya.

    BalasHapus
  4. jadi penasaran saya sama burung Bubut..
    btw, saya suka kalimat ini [...]Mereka tidak sadar bahwa ada 3 musang berbulu manusia yang siap meluncurkan roket-roket tanah lempung yang akan membinasakan mereka[...] ..lucu..wkwkwkkwkwk...
    jadi ingat waktu saya kecil juga, mainnya tuh permainan tradisional, suka naik bukit, nyebur di pantai..pokoknya kegiatan diluar ruangan, ga seperti adik saya yang hobinya main PS aja dirumah

    BalasHapus
  5. @pelancongnekad : yup bener banget mas... kebanyakan anak-anak sekarang mainnya indoor alias ngegame. kalaupun keluar mungkin sepedahan saja. Bagus sih sepedahan cuma insting pengembaraan kurang terlatih... he he...

    BalasHapus

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates