Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Sabtu, 05 Januari 2019

4 Desaku yang Kucinta

Biasanya satu minggu sekali aku menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah ibuku yang letaknya sekitar 8 kilometer dari tempat tinggalku yang sekarang ini. Nah, satu hal yang paling aku sukai ketika berkunjung ke rumah ibuku adalah saat aku melewati beberapa hamparan sawah yang begitu indah. Ia layaknya hamparan permadani berwarna hijau yang menyejukkan mata.

Enaknya hidup di desa ya seperti ini. Seringkali menjumpai pemandangan sawah seperti itu. Meski seringkali melihat, namun aku tetap tak pernah bosan memandanginya. Seringkali aku menghentikan sepeda motorku untuk sejenak menikmati pemandangan itu.

pemandangan sawah di desa
Hamparan Permadani Hijau di Ujung Senja

Tak selalu, ketika padi masih berwarna hijau. Namun saat sawah masih musim tanam pun, tetap menjadi hiasan yang memanjakan mata. Ini adalah salah satu angerah dari Allah Azza wa Jalla yang jarang kita syukuri. Dulu saat aku masih kecil, sering menghabiskan waktu bersama kawan-kawan untuk mencari belut di sawah. Terkadang, kenangan itu terlintas di pikiran begitu saja saat melewati sawah yang masih belum ditanami padi seperti berikut ini.

bermain belut di sawah
Sawah Saat Musim Tanam

Waktu boleh saja berlalu, tetapi kenangan akan tetap ada dengan ceritanya masing-masing. Entah itu kenangan baik atau itu buruk. Kitalah yang memilih untuk meresponnya seperti apa. Akan tetap larut dengan kesedihan, atau belajar dari kenangan itu untuk kemudian melangkah jauh ke depan berbekal dari pengalaman yang ada. Itulah inspirasi yang bisa kita ambil dari pemandangan sawah. Sederhana memang, namun bisa jadi bermakna.

Ah, jadi teringat dengan lagu anak-anak yang sampai kini masih terdengar indah di telinga. Judulnya, Desaku yang Kucinta. Liriknya bagus dan mengundang anak-anak untuk bernyanyi dengan ceria.
Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai


Lagu itu benar-benar menggambarkan bahwa hidup di desa itu menyenangkan. Meski banyak orang pergi dari desa untuk mencari pekerjaan di kota, mereka akan tetap merindukan suasana desa. Mereka akan tetap mencintai desanya, sampai kapanpun.

Desaku, keindahanmu tak akan pernah pudar. meski wajah-wajah datang dan pergi silih berganti, namun pesonamu abadi.

If you truly love nature, you’ll find beauty everywhere.
-Van Gogh

***
Membersamai Secangkir Kopi
Di Sebuah Desa Kecil,
Pinggiran Kabupaten Magetan.



Related Post



4 komentar:

  1. Dulu dibelakang rumah ku itu sawah, jalan pintas ke sekolah waktu SD. Tapi sekarang sawahnya berganti menjadi bangunan pabrik yang malah bikin limbah. Sedih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, pembangunan pabrik seharusnya tetap memperhatikan AMDAL nya. Analisa terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan akibat pembangunan pabrik tersebut.

      He he malah ngomongin materi lingkungan hidup. Tapi intinya, kemajuan teknologi jangan sampai merusak alam.

      Hapus
  2. Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
    Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku..
    https://www.youtube.com/watch?v=FFbXwRc9FQE

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lagu ini mengingatkanku pada masa kecilku ^_^

      Hapus

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates