Sungguh aku lupa. Lupa kapan terakhir hati ini berbinar dan terlukis indah dalam wujud bait-bait puisi. Berceloteh apa saja tentang perasaan. Mendendangkan lagu pengharapan. Juga tentang narasi buncah kebahagiaan. Hanya ketikaku melihatmu kini, melihat apa yang kamu sembunyikan. Aku tahu, aku sudah lama tak menghinggapimu. Lupa untuk membersamaimu. Namun aku juga sadari, tak setiap kondisi aku mampu melukiskannya. Tak setiap rasa mampu aku memprasastikannya. Hanya ketika aku mau dan aku mampu.
Kata hati memang kadang sering tak ter-rasai. Namun sejatinya ia tak mudah untuk dibohongi. Dia adalah ungkapan hati mendalam, yang sering tercermin dan tersamar dalam laku kehidupan. Dia ada di dalam, tapi sering tertampak jernih dari luar. Seperti air sungai yang jernih mengalir, menampakkan jelas kehidupan bawah air di dalamnya.
Puisi hati. Tak harus berbicara tentang cinta ataupun tentang kerinduan. Kita bisa memahatnya tentang rasa kesyukuran. Kita juga bisa memadukannya dengan pelangi nasihat dan kebijaksanaan. Kesemuanya terangkum dan terbingkai indah dalam puisi hati. Menghentakkan nurani kepada sesiapa yang mencoba untuk mengilhami. Karena kita memahami, bahwa kata hati adalah ungkapan paling jujur dalam bingkai nurani. Yang bisa saja menohok hati, tuk kemudian mengikuti.
Kata hati kita memang tak selalu benar. Jangan coba membandingkan seperti hati Rosulullah yang sudah dibasuh hingga bersih oleh dua Malaikat ketika beliau masih tinggal di Bani Sa'ad. Di dalam hati kita, mungkin saja terdapat banyak sekali gumpalan darah berwarna hitam. Kesemuanya menunjukkan noda dari dosa-dosa kita. Titik-titik noda dosa yang semakin banyak ketika kita berlaku maksiat.
Kata hati adalah sumber gerak kehidupan. Maka dalam doa-doa kita terucap supaya ditunjukkan jalan yang lurus. Bukan jalan yang berkelok-kelok yang menjerumuskan. Juga bukan jalan yang terlihat lurus namun sejatinya menyesatkan.
Ah, pagi ini berbincang banyak tentang puisi hati, tapi tak sebaitpun aku bisa menuliskannya. Ah, mungkin lain kali.
Buku Wonderful Parent : Cahyadi Takariawan
-
Membincang tentang pola pengasuhan anak memang tidak akan ada habisnya.
Banyak sudah buku-buku yang membahas tentang tema parenting. Namun, tak
banyak buku...
1 month ago
:) temanya apa kang?
ReplyDeletenah kang. Ini tema puisi juga ndak jelas. ha ha.
DeleteHanya celoteh kata.
aku belum mampu nulis puisi hati Fin :)
ReplyDeletehe he. ini aku juga masih belajar mbak ely.
Deletetiba-tiba melankolis (lagi) ^^
ReplyDeleteya sekali-sekali saja mbak.
Delete