Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Minggu, 16 September 2012

16 Saya Alumni Rohis dan Saya Bukan Teroris

Ketika melihat buah, jika seseorang itu hanya melihat dari kulit luarnya saja, maka dia selamanya tak akan pernah tahu bagaimana rasa dari isi buahnya. Mungkin kalimat ini cocok ditujukan kepada media televisi yang kemarin menjadi bulan-bulanan di beberapa sosial media oleh alumni Rohis se Indonesia karena memberitakan mengenai rekrutmen teroris muda di dalam program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Sungguh sebuah keblunderan besar telah dilakukan oleh televisi tersebut ataukah malah memang ada unsur kesengajaan dalam upaya meliberalkan Indonesia.

Sungguh orang-orang liberal telah begitu ketakutan sehingga membuat statemen yang sangat konyol seperti ini. Pernyataan seperti ini telah melukai aktifis rohis, alumni rohis, orang tua siswa, dan juga umat islam. Bagaimana tidak, rohis di sekolah selama ini merupakan elemen terdepan di sekolah dalam menjaga akhlak siswa dari berbagai pengaruh negatif yang ada di sekolah.

Saya ikut dan menjadi aktifis rohis ketika masih duduk di bangku SMU. Meskipun masih sering begajulan, saya merasakan begitu banyak manfaat ketika menjadi bagian dari Rohis sekolah. Mulai dari agenda-agenda yang bersifat ritual keislaman, sampai dengan kegiatan-kegiatan untuk bisa menunjang kegitan belajar di sekolah. Sebut saja ketika itu ada program yang bernama LSI (lingkar studi Islam). Dimana pada program ini kita bisa belajar bersama untuk menyelesaikan masalah-masalah terkait materi pelajaran di sekolah. Tak pernah sekalipun saya mendapati sebuah materi tentang kondisi sosial yang buruk, keadilan yang tidak seimbang dan lain-lainnya.

Mungkin ada yang kemudian sentimen bahwa hal-hal seperti itu terjadi ketika di jaman saya, bisa jadi di jaman sekarang sudah berubah. Oke, saya katakan 'tidak ada yang berubah secara signifikan'. Istri saya saat ini ikut membina rohis di sebuah SMU yang terletak tidak jauh dari rumah. Istri saya ini seorang PNS, jadi tidak mungkin lah memiliki visi-visi layaknya teroris. Jadi rohis sekarang dan rohis dahulu tak berbeda jauh. Mereka adalah tulang punggung pemuda dalam menjaga akhlak islami dari pengaruh negatif di kalangan remaja. Jika masih saja ada anggapan rohis adalah sarang teroris, maka saya layak bertanya, data-data itu anda dapatkan dari mana? dari aktifis liberal?

Tulisan ini semoga bisa menjadi sedikit mencerahkan, terutama kepada para orang tua yang mengkhawatirkan kondisi anak-anaknya yang terlibat rohis. Saya katakan bahwa rohis adalah tempat yang nyaman dan aman dari pengaruh negatif di kalangan remaja. Mau bukti? saya buktinya. Saya alumni rohis dan saya bukan teroris! ^_^.

Related Post



16 komentar:

  1. Biarpun saya gak aktif di rohis, temen saya banyak yang anak rohis. Dan emang gak ada temen saya yang teroris tuh. Normal2 aja. Di kajian mereka mana ada ajaran buat jadi teroris.
    Semoga anak rohis gak kemrungsung menanggapi masalah ini. Stay cool aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup membalas tuduhan metromini dengan prestasi yang elegan. Hidup rohis se Indonesia ^_^. Ukir presatasimu dalam membangun akhlak generasi mudah.

      Hapus
  2. cieee...yang alumni rohis
    saya malah bukan alumni Rohis :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya alumni rohis yang begajulan mbak. Yang penting ndak begaJILan :).

      Hapus
  3. besok2 gak cuma anak rohis, sekolah2 islam pun dianggap seperti itu kali :(

    sy sih masih yakin rohis dulu & skrg gak berbeda (walopun sy gak pernah ikutan rohis). Yg berbeda itu wartawan & medianya Yg kebanyakan bikin berita tuh instan. Gak pk cek ricek dulu.. Dan mikir panjang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hemm mungkin akan seperti itu mbak. Sekolah-sekolah islam akan menjadi sasaran berikutnya.

      Mungkin medianya mendapat pesanan tertentu oleh orang yang berkepentingan. Datanya mentah banget untuk disajikan kepada khalayak umum. Kental banget nuansa pesanannya.

      Hapus
  4. tahun 2004, saya menjadi garda terdepan berdirinya rohis di SMK saya. Wow, apa sekarang julukan saya juga teroris ya?? Naudzubillah. Teman2 wartawan, doa saya, semoga bisa menjaga hati dan lidahnya. Menulis dianjurkan tapi jangan memprovokasi. Bicara boleh tapi jangan memfitnah.
    OK!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mbak. Semoga wartawan dan pengirim berita menjadi lebih elegan dalam memberitakan sesuatu ke khalayak. Fakta musti jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. Kalaupun data yang disebarkan salah, maka harus segera meminta maaf dengan cara yang sama ketika dia memberitakan berita tersebut.

      Hapus
  5. setuju sama jawaban komentar buat mbak Ririn

    BalasHapus
    Balasan
    1. he he. Jadi jawaban saya seperti kepada jawaban ke mbak ririn :)

      Hapus
  6. ketakutan berlebihan... bila rohis tiada, akhlak kaum muda bisa tidak terkontrol

    BalasHapus
  7. makanya gw nge tweet, lebih suka baca blog dari pada percaya berita di media. Meskipun subjective tapi lebih bisa dipercaya dari pada media.Hohohohoho

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuukk setuju. Media terlalu banyak kepentingan dari pemilik modal. Mending blog pribadi saja. Karena bagaimanapun biasanya penulis blog itu jujur, tidak mengada-ngada. meskipun seringkali subjektif. Karena setiap apa yang kita tulis, akan menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.

      Hapus
  8. Setahu saya Rohis bukan ekstra kurikuler, tapi bagian dari Sei 1 Keimanan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersandingan dengan Kerohanian kristen, Hindu, Budha, dan seterusnya. Entah darimana datangnya kata Ekstra tersebut, dan itu ternyata kata dan sikap di pakai oleh kebanyakan sekolah-sekolah. Kekhawatiran orang tua itu datang karena banyak faktor, salah satunya adalah pemahaman orang tua terhadap islam itu sendiri. Dan semoga semakin banyak yang membahas Rohis dan teroris, menjadikan kita semua lebih bijak mensikapinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hemm kalau jaman saya dulu istilah rohis ini agak-agak ambigu juga. Dulu ada Sie 1 Keimananan kepada Tuhan YME, ada pula Takmir Masjid. Nah kebanyakan kita menganggap takmir itu sebagai rohis. Sedangkan Takmir masjid inilah yang aslinya ekstra kurikuler.

      Cuma anak-anak biasa menyebut anak Takmir sebagai anak rohis. Yah semoga para orang tua semakin bijak dalam mensikapi hal ini.

      Hapus

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates