Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Rabu, 16 Februari 2011

0 Menahan Marah


Saya teringat bagaimana saya seringkali tersulut emosi jika ada orang-orang yang berada di sekitar saya melakukan kesalahan atau mungkin dengan sengaja menghina dan mengejek saya secara pribadi. Marah, seringkali tidak bisa saya kontrol dengan baik. Ego, sombong dan harga diri seringkali menjadi tumbal alasan untuk membiarkan diri ini terkungkung dan dikuasai sepenuhnya oleh keadaan marah tersebut. Bahkan seringkali saya merasa 'menang dan puas' jika sudah melampiaskan kemarahan saya itu kepada orang lain. Sebenarnya sikap marah ini akan timbul karena kita sudah berinteraksi dengan orang lain. Berinteraksi dengan orang-orang yang berada dekat di sisi kita, namanya bergaul ada saja kejadian yang seringkali memicu sikap marah. Saya masih ingat bagaimana saya seringkali bertengkar dengan kakak perempuan saya. Namanya kakak perempuan seringkali mengatur saya ini itu sok dewasa dan akhirnya tak jarang membuat saya jengkel dan akhirnya marah. Tapi begitulah hidup bersaudara, marah dan sayang akan selalu ada dalam setiap aktifitas pergaulan. Jika kita tidak pernah merasa marah kepada orang lain, berarti kita belum dekat dengan orang tersebut. Meskipun begitu, marah yang tidak pada porsinya dan berlebihan tetaplah sesuatu yang negatif, dan harus kita kontrol.


Saya mencoba membuat tulisan tentang 'marah' ini sebagai introspeksi dan tanggung jawab moral diri saya supaya nanti di masa yang akan datang dapat menahan 'marah berlebihan' dengan melihat kembali tulisan saya ini. Pernah suatu ketika salah seorang teman berbuat salah kepada saya (atau lebih tepatnya salah paham), saking marahnya kepada teman saya itu (karena sudah menjelekkan dan merendahkan martabat saya) akhirnya saya marah kepadanya cukup lama berhari-hari. Padahal ketika itu saya juga sangat paham bahwa marah itu datangnya dari syetan dan akan menutup semua akal dan pikiran saya pada akhirnya juga akan menimbulkan perkara-perkara yang tidak diridhoi oleh Allah ta'ala.



Sikap marah adalah manusiawi, tapi kita juga harus bisa membedakan mana marah yang menutup akal pikiran kita dan mana marah yang masih bisa kita kontrol, mana marah karena harga diri ini ternodai dan mana marah karena melihat dan mendengar sesuatu yang dibenci oleh Allah. Apabila kita telah mengetahui dan meyakini keutamaan mengendalikan marah, maka akan muncul keinginan untuk meraih pahala yang disedikan oleh Allah SWT. Pernah dikisahkan seorang sahabat Rosulullah yaitu Umar bin Khattab ra yang diceritakan oleh Malik bin Aus bin Hassan. Malik menceritakan bahwa Umar ra pernah marah kepada seorang laki-laki dan memerintahkan agar lelaki itu dipukul, kemudian ia (Malik) membacakan kepadanya surat A'raaf:199, “Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang berbuat yang ma'ruf dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. Kemudian Umar ra terdiam lalu memaafkan laki-laki itu dan tidak jadi melampiaskan kemarahannya.

Rosulullah sudah mengingatkan dari sifat marah yang tidak pada tempatnya, sebagaimana beliau bersabda kepada seseorang sahabat yang meminta nasehat : “Janganlah kamu marah”, dan beliau mengulanginya sampai beberapa kali “Janganlah kamu marah” (HR. Bukhari).

Langkah-langkah menghindari marah :
1. Hindari marah dalam keadaan berdiri, upayakan untuk duduk. Jika gejolak marah masih besar hendaknya berbaring, lebih baik lagi jika mendekatkan muka ke tanah bersujud ke hadirat Allah SWT. Abu Hurairah menjelaskan apabila Rosulullah SAW marah dalam keadaan berdiri maka beliau duduk, apabila marahnya dalam keadaan duduk maka beliau berbaring dan marahnya pun menjadi hilang. Rosulullah SAW bersabda :

Jika kamu marah dalam keadaan berdiri hendaklah duduk, jika kamu dalam keadaan duduk maka bersandar, jika kamu dalam keadaan bersandar maka berbaring”


Rosulullah SAW juga bersabda :
Ketahuilah sesungguhnya marah adalah bara dalam hati manusia anak adam, tidaklah kau ketahui matanya merah dan membengkak dan apabila dalam keadaan tersebut hendaknya menempelkan pipinya ke tanah, sujud meletakkan dahi ke tanah hal ini mengisyaratkan ketawadhu'an.

2. Dianjurkan berwudhu
Apabila diantara kalian marah hendaklah berwudhu dengan air karena marah dari api” (HR. Abu Dawud)

3. Mengingat dan mengagungkan Allah SWT
Di dalam hadist yang shahih Rosulullah juga bersabda :
Bukanlah dikatakan seseorang yang kuat itu dengan bergulat, akan tetapi orang yang kuat dalam menahan dirinya dari marah”.(HR. Bukhari dan Muslim)

Tapi pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita tidak boleh marah?
Rosulullah SAW tidak pernah marah jika celaan hanya tertuju pada pribadinya dan beliau sangat marah ketika melihat dan mendengar sesuatu yang dibenci oleh Allah, maka beliau tidak diam, beliau marah dan berbicara. Ketika Nabi SAW melihat kelambu rumah Aisyah ada gambar makhluk hidupnya (yaitu gambar kuda bersayap) maka merah wajah Beliau dan bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling keras siksaannya pada kiamat adalah orang yang membuat gambar seperti gambar ini.” (HR. Bukhari Muslim)

Tapi meski begitu orang yang tidak pernah marah juga sebenarnya kurang bagus juga, karena menandakan dia itu lemah dari melatih diri. Syeikh Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya' Ulumuddin mengatakan , “Barangsiapa tidak marah, maka ia lemah dari melatih diri. Yang baik adalah, mereka yang marah namun bisa menahan dirinya” 
Wallahualam.

*referensi dari berbagai sumber.

Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates