Selamat datang di gubug Inspirasi Coffee. Blog ini dikelola oleh penulis sejak September 2008. Sampai sekarang, api semangat menulis masih menyala terang, menarikan pena melukiskan cerita kehidupan. Hak cipta dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla.
Selamat Membaca ^_^

Rabu, 08 September 2010

0 Beginilah Idul Fitri di kampungku, bagaimana di kampungmu??

Bagi masyarakat muslim di Indonesia, memang perayaan Hari Raya Idul Fitri akan selalu memiliki cerita yang sangat berbeda. Berbeda jika dibandingkan dengan perayaan serupa di negara-negara muslim yang lainnya. Karakter bangsa Indonesia yang memang ramah, menjadikan setiap cerita di hari raya akan selalu menjadi kenangan yang tidak mudah untuk dilupakan. Terutama untuk mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Lebaran di pedesaan akan menjadi acara silaturahim yang begitu ramainya karena melibatkan satu warga kampung. Pun juga itu terjadi di daerah saya di Magetan. Sebuah kampung kecil yang terletak di kota Magetan. Ngomong-ngomong pada tahu ndak itu kota Magetan? Mumpung ini hari mendekati lebaran, maka saya tergelitik untuk sedikit bercerita bagaimana hiruk pikuknya acara lebaran di kampung saya.


Saya masih teringat jelas dulu sewaktu saya masih kecil, bagaimana acara lebaran selalu identik dengan semua hal yang baru. Baju baru, celana baru, dan juga sepatu baru. Yah, semua hal yang baru, asal jangan istri baru saja :). Kita anak-anak kecil waktu itu selalu berlomba--lomba untuk memakai pakaian baru. H-2 sebelum lebaran selalu mengusahakan untuk hunting pakaian di pasar baru dan mall di Madiun. Kalau tidak memakai pakaian baru, maka kita akan menjadi bahan ledekan saudara-saudara yang lainnya. Yah, namanya juga anak-anak, belum mengerti betul apa itu esensi berhari raya lebaran. 

Kalau dahulu ketika lebaran, acara salam-salaman selalu menjadi ajang yang sulit dilupakan. Salam-salaman yang melibatkan seluruh warga kampung. Bahkan saking ramainya, salam-salaman bisa dilakukan di tengah-tengah jalan. Entah kenapa saat itu bisa ramai begitu ya?. Namun, kalau sekarang ini, ya lumayan rame tetapi tetap tidak seramai dulu. Meski di kampung saya ada sekitar 21 rumah, kita akan mendatangi satu per satu rumah mereka dengan tujuan biar dapat uang lebaran. Semakin banyak rumah yang kita kunjungi, maka akan semakin banyak juga uang yang kita peroleh. Ini berdasarkan prinsip teori probabilitas. Terlebih kalau kita terlihat masih kecil. Ya sekitar umur 5 sampai 6 tahun (lebih mantab lagi kalau umur masih balita) itu sangat manjur membuat pemilik rumah merogoh koceknya. 

Tradisi lebaran di kampung saya juga dimeriahkan dengan petasan. Tidak seperti sekarang ini yang sudah dilarang sama polisi. Mungkin karena banyaknya teroris sekarang-sekarang ini. Dahulu petasan selalu menjadi barang wajib bagi warga kampung kami untuk membuat suasana lebaran menjadi lebih meriah. Bahkan pernah dulu itu ukuran petasan ada yang  sampai sebesar satu ember. Kalau meledak akan membuat satu kampung heboh semua. Pernah juga dulu saya bermain petasan yang ukurannya lebih kecil,  dan ternyata meledak di tangan. Alhamdulillah untungnya karena ukuran petasannya kecil, sehingga tidak membahayakan tangan saya. Sejak saat itu, saya jadi kapok bermain petasan. 

Selain petasan, sebenaranya masih banyak tradisi yang mengiringi lebaran. Yakni bermain balon terbang. Balon terbang ini terbuat dari plastik dimana bagian bawahnya diberi asap supaya akibat tekanan udara panas bisa bergerak keatas. Balon-balon yang diterbangkan oleh warga kampung lumayan bagus-bagus. Selain kampung kami, ada pula kampung lain yang juga merayakan lebaran dengan menerbangkan balon udara. Dan jika ada balon udara dari kampung tetangga kehabisan uap panasnya, maka balon udara yang turun itu akan menjadi rebutan anak-anak kampung kami. Mereka berlarian memperebutkan balon udara itu. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat meriah dan menyenangkan. 

Yah, hiruk pikuk seperti ini membuat suasana kampung menjadi lebih hidup. Para tetangga sering keluar rumah untuk melihat kemeriahan balon terbang dan petasan. Hal ini membuat keakraban dengan tetangga menjadi lebih terasa. Namun rupanya sekarang, acara-acara seperti itu sudah sangat berkurang. Untuk masalah petasan, memang saya pribadi agak kurang menyetujuinya. Namun untuk masalah balon terbang, mungkin anak-anak sekarang saja yang mungkin kurang kreatif. Ya maklumlah, kalau dulu meski bukan di hari lebaran saja permainan anak-anak bisa seabreg abreg banyaknya. Banyak sekali permainan yang bisa dilakukan. Mulai dari kasti, betengan, main kartu, main pembungkus rokok, kelereng, adu karet, dan masih banyak lagi.

Yah, begitulah suasana Idul Fitri di kampung saya. Bagaimana dengan suasana Idul Fitri kampungmu kawan?

Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger

 

Inspirasi Coffee Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates